LAPORAN
PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN
TEKNOLOGI PENGOLAHAN SEREALIA DAN
KACANG-KACANGAN
TEMPE
Oleh
Nama : Ernalia Rosita
NRP : 133020175
LABORATORIUM
TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN
JURUSAN
TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS
TEKNIK
UNIVERSITAS
PASUNDAN
BANDUNG
2016
TUJUAN PERCOBAAN
Untuk meningkatkan nilai ekonomis kedelai,
meningkatkan daya cerna kedelai, mengetahui proses pembuatan produk/pengolahan
bahan baku kedelai.
PRINSIP PERCOBAAN
Berdasarkan penambahan jamur/kapang Rhizopus oligosporus yang menyebabkan
terbentuknya miselium -
miselium putih pada kedelai.
DIAGRAM ALIR
HASIL PENGAMATAN
Tabel 1.
Hasil Pengamatan Pembuatan Roti Tawar
Keterangan
|
Hasil
|
Basis
|
200 gram
|
Bahan Utama
|
Kedelai
|
Bahan Tambahan
|
Jamur Rhizopus oligosporus
Tapioka
|
Berat Produk
|
139 gram
|
%Produk
|
69,5 %
|
Organoleptik
|
PEMBUATAN TEMPE TIDAK BERHASIL
|
Gambar Produk
|
(Sumber
: Ernalia Rosita,
Meja 3, Kelompok G, 2016)
PEMBAHASAN
Berdasarkan
hasil pengamatan pembuatan tempe didapatkan berat poduk akhir sebesar 139 gram
dengan % produk sebesar 69,5%. Pembuatan tempe tidak berhasil sehingga sifat
organoleptiknya tidak diamati.
Fungsi
perlakuan dalam pebuatan tempe diantaranya
pencucian pada untuk
membersihkan kedelai dari kotoran yang masih menempel pada kedelai akibat
penyimpanan maupun ada kontaminan lain yang masih terdapat pada kedelai.
Fungsi perendaman pada
percobaan ini adalah untuk melunakkan kacang kedelai serta membuat biji kedelai
menjadi mengembang. Pengembangan biji kedelai ini disebabkan karena adanya
penyerapan air oleh biji kedelai secara osmosis. Selain itu perendaman
berfungsi agar kulit ari kacang kedelai
dapat mudah terlepas. Fungsi perebusan dan pengukusan pada percobaan ini
berfungsi sebagai proses hidrasi, yaitu agar biji kedelai menyerap air sebanyak
mungkin. Perebusan juga dimaksudkan untuk melunakkan biji kedelai. Fungsi
penirisan adalah untuk menghilangkan air yang terdapat dalam kacang kedelai.
Fungsi penyangraian adalah untuk membunuh mikroorganisme yang tumbuh dalam
tepung tapioka. Pencampuran berfungsi untuk mencampurkan kedelai, ragi dan
tepung tapioka sebelum proses pengemasan dan fermentasi. Pengemasan berfungsi
untuk mengemas tempe yang akan dibuat dan fermentasi berfungsi untuk
menginokulasi jamur tempe sehingga merombat protein dalam kedelai dan
menghasilkan miselium-miselium putih pada tempe.
Fungsi bahan dalam pembuatan tempe diantaranya air
untuk merendam dan merebus tempe sehingga tempe akan mengembang, jamur tempe
untuk inokulasi dimana jamur ini akan merombak protein dalam tempe dan
menghasilkan miselium-miselium putih, dan tapioka yang berfungsi untuk
melindungi protein tempe dan sebagai sumber nutrisi untuk jamur tempe.
Adapun
faktor-faktor yang harus diperhatikan
dalam pembuatan tempe adalah sebagai berikut:
1.
Oksigen
Oksigen dibutuhkan untuk pertumbuhan kapang. Aliran
udara yang terlalu cepat menyebabkan proses metabolisme akan berjalan cepat
sehingga dihasilkan panas yang dapat merusak pertumbuhan kapang. Oleh karena
itu apabila digunakan kantong plastik sebagai bahan pembungkusnya maka
sebaiknya pada kantong tersebut diberi lubang dengan jarak antara lubang yang
satu dengan lubang lainnya sekitar 2 cm.
2.
Uap Air
Uap air yang berlebihan akan menghambat pertumbuhan
kapang. Hal ini disebabkan karena setiap jenis kapang mempunyai Aw optimum
untuk pertumbuhannya.
3.
Suhu
Kapang tempe dapat digolongkan kedalam mikroba yang
bersifat mesofilik, yaitu dapat tumbuh baik pada suhu ruang (25-27oC).
Oleh karena itu, maka pada waktu pemeraman, suhu ruangan tempat pemeraman perlu
diperhatikan.
4.
Keaktifan Laru
Laru
yang disimpan pada suatu periode tertentu akan berkurang keaktifannya. Karena
itu pada pembuatan tempe sebaiknya digunakan laru yang belum terlalu lama
disimpan agar dalam pembuatan tempe tidak mengalami kegagalan (Anonim, 2011).
Tempe
adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa
bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang
roti), atau Rh. arrhizus, sehingga
membentuk padatan kompak berwarna putih. Sediaan fermentasi ini secara umum
dikenal sebagai ragi tempe. Warna putih pada tempe disebabkan adanya miselia
jamur yang tumbuh pada permukaan biji kedelai. Tekstur kompak juga disebabkan
oleh mise1ia jamur yang menghubungkan biji-biji kedelai tersebut. Banyak sekali
jamur yang aktif selama fermentasi, tetapi umumnya para peneliti menganggap
bahwa Rhizopus sp merupakan jamur
yang paling dominan. Jamur yang tumbuh pada kedelai tersebut menghasilkan
enzim-enzim yang mampu merombak senyawa organik kompleks menjadi senyawa yang
lebih sederhana sehingga senyawa tersebut dengan cepat dapat dipergunakan oleh
tubuh.
Jamur Rhizopus oryzae merupakan jamur yang sering digunakan dalam
pembuatan tempe. Jamur Rhizopus oryzae
aman dikonsumsi karena tidak menghasilkan toksin dan mampu menghasilkan asam
laktat. Jamur Rhizopus oryzae
mempunyai kemampuan mengurai lemak kompleks menjadi trigliserida dan asam
amino. Selain itu jamur Rhizopus oryzae
mampu menghasilkan protease. Rhizopus sp
tumbuh baik pada kisaran pH 3,4-6. Pada penelitian semakin lama waktu
fermentasi, pH tempe semakin meningkat sampai pH 8,4, sehinggajamur semakin
menurun karena pH tinggi kurang sesuai untuk pertumbuhan jamur. Secara umum
jamur juga membutuhkan air untuk pertumbuhannya, tetapi kebutuhan air jamur
lebih sedikit dibandingkan dengan bakteri. Selain pH dan kadar air yang kurang
sesuai untuk pertumbuhan jamur, jumlah nutrien dalam bahan, juga dibutuhkan
oleh jamur (Azizah, 2014).
Perubahan fisik yang terjadi pada proses
pembuatan tempe ialah kacang kedelai
diselimuti miselium-miselium putih sehingga terlihat berwarna putih dan
padat, teksturnya lembut.
Perubahan kimia dan biologis yang
terjadi pada proses pembuatan tempe ialah pada proses fermentasi dimana hifa jamur tempe akan menembus biji kedelai yang keras dan tumbuh
dengan mengambil makanan dari biji kedelai atau dari tepung tapioka. Perubahan
kimiawi seterusnya dalam biji terjadi oleh aktifitas enzim ekstraseluler yang
diproduksi / dilepas ujung miselia. Protein akan dirombak menjadi asam-asam
amino sehingga gizinya meningkat dan meningkatkan daya cerna.
CCP pada proses pembuatan tempe dimulai
dari proses perendaman dimana kedelai harus direndam mengggunakan air yang
bersih dan tidak mengandung banyak kontaminan yang bisa merubah kandungan
kedelai. Kemudian perebusan dan pengukusan tidak boleh dilakukan terlalu lama
agar tekstur kedelai tidak hancur dan tidak terjadi pematangan. Pencampuran
harus dilakukan dengan mengikuti takaran yang telah ditetapkan dan harus
dilakukan setelah kacang kedelai ditiriskan. Selain itu dalam proses
fermentasi, suhu dan oksigen (O2) sangat berpengaruh, karena kapang Rhizopus oligosporus dapat berkembang
dalam keadaan aerob(membutuhkan oksigen). Sehingga jika dalam medium fermentasi
tidak ada oksigen yang masuk maka tidak akan ada aktivitas perkembangan dari Rhizopus, akibatnya tidak akan terjadi
proses fermentasi.
0 komentar:
Posting Komentar