LAPORAN
PRAKTIKUM
TEKNOLOGI
PENGOLAHAN PANGAN
TEKNOLOGI
PENGOLAHAN SEREALIA DAN KACANG-KACANGAN
TAHU
Oleh :
Nama
|
: Ernalia
Rosita
|
NRP
|
: 133020175
|
LABORATORIUM TEKNOLOGI
PENGOLAHAN PANGAN
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2016
TUJUAN
PERCOBAAN
Untuk menambah nilai
ekonomis produk, diversifikasi produk olahan kedelai, dan mengetahui cara
pembuatan tahu.
PRINSIP
PERCOBAAN
Berdasarkan pada proses
koagulasi pada susu kedelai yaitu hasil penggilingan dan proses pemanasan pada
suhu 80-90oC waktu 10 menit, maka proses pengepresan sehingga
menghasilkan tahu.
DIAGRAM ALIR
Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Tahu
HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pembuatan Roti Tawar
Keterangan
|
Hasil
|
Basis
|
500 gram
|
Bahan Utama
|
Kedelai = 500 gram
|
Bahan Tambahan
|
Air = 3500 gram
Asam Asetat = 2 ml
GDL = 5 gram
|
Berat Produk
|
287 gram
|
%Produk
|
57,4 %
|
Organoleptik
|
Putih
Hambar
Khas tahu
Lembut
Menarik
|
Gambar Produk
|
(Sumber:
Kelompok G, 2016)
PEMBAHASAN
Berdasarkan
hasil pengamatan pembuatan tahu dapat diketahui berat produk sebesar 287 gram
dengan % produk sebesar 57,4%. Sedangkan menurut sifat organoleptiknya tahu
memiliki warna putih, rasa hambar, aroma khas tahu, tekstur lembut dan
kenampakannya menarik.
Fungsi perlakuan dalam pembuatan tahu
diantaranya pencucian dilakukan untuk
mencuci kedelai dan menghilangkan kotoran-kotoran pada kedelai dengan
menggunakan air bersih. Perendaman selama 24 jam berfungsi untuk melunakkan kacang kedelai sehingga memudahkan
dalam proses selanjutnya yaitu penggilingan. Serta membuat biji kedelai menjadi
mengembang. Pengembangan biji kedelai ini disebabkan karena adanya penyerapan
air oleh biji kedelai secara osmosis. Selain itu perendaman berfungsi agar
kandungan aflatoksin larut dalam air rendaman. Fungsi
penimbangan pada percobaan ini adalah untuk mengetahui berapa bahan yang akan
digunakan dalam pembuatan tahu tersebut dan disesuaikan dengan berat basis yang
sudah ditentukan. Fungsi pencucian II
pada percobaan ini adalah untuk membersihkan kedelai dimana akan memisahkan
kulit ari dengan kacang kedelainya. Fungsi
penggilingan pada percobaan ini adalah untuk menghancurkan butiran-butiran kedelai sehingga
membentuk bubur kedelai sesuai dengan basis air yang digunakan 7:1 dengan berat
kedelai. Fungsi
penyaringan pada percobaan ini adalah untuk memisahkan antara ampas atau limbah
padat dari bubur kedelai dengan filtrat yang diinginkan. Fungsi
pengukuran volume pada percobaan ini adalah untuk mengetahui volume sari kedelai
yang dihasilkan sehingga dapat diketahui takaran pada saat penambahan koagulan. Fungsi
pemanasan pada percobaan ini adalah untuk menonaktifkan zat anti nutrisi
kedelai dan membantu mempercepat proses koagulasi, serta meningkatkan aroma
tahu. Proses pemanasan ditambahkan koagulan, koagulan yang digunakan pada
proses ini adalah GDL (Glucono Delta
Lactone). Fungsi pencetakan dan
pengepresan pada percobaan ini adalah untuk mengurangi kadar air yang ada dalam
tahu sehinnga tahu dapat dengan mudah dicetak dan dibentuk, setelah proses ini
dilakukan pengukusan atau pemasakan agar tahu dapat layak dikonsumsi.
Fungsi bahan-bahan yang digunakan untuk
pembuatan tahu diantaranya adalah kacang
kedelai sebagai bahan baku utama pembuatan tahu.
Fungsi air pada
percobaan ini adalah sebagai penghilang bau yang biasanya terdapat dalam
kedelai yaitu bau langu selain itu juga air berfungsi menjadikan sari kedelai
yang sempurna atau lembut dengan perbandingan air dengan kedelai yaitu 7 : 1.
Fungsi GDL pada
percobaan ini adalah sebagai koagulan, dimana koagulan pada tahu bersifat asam,
berfungsi untuk mempercepat proses koagulasi pada filtrat kedelai sehingga
mudah untuk menjadi tahu. Fungsi garam pada percobaan ini adalah sebagai
pengawet dan agar tahu mempunyai rasa yang lebih lezat (gurih), apalagi bila
disertai dengan tingkat kekerasan (kepadatan) yang cukup tinggi.
Bahan
penggumpal digunakan untuk mengendapkan protein dan larutan padat pada sari
kedelai. Beberapa bahan penggumpal yang dapat digunakan yaitu sebagai berikut:
1. Batu tahu atau sioko
Penggunaan batu tahu atau sioko sebagai bahan
penggumpal tergolong populer. Sebagian besar kandungannya berupa kalsium
sulfat. Wujudnya berupa padatan putih. Sebelum digunakan, batu tahu atau sioko
ini harus dibakar, lalu digerus atau ditumbuk hingga halus, kemudian dilarutkan
dalam air dan diendapkan selama semalam. Dosis larutan 5 – 10 gram sioko per
400 – 800 liter air. Bahan penggumpal ini ditambahkan sekaligus pada saat sari
kedelai bersuhu 70 – 90 dan diaduk arah tetap (Sarwono,2006).
2. Asam cuka
Asam cuka juga merupakan koagulan (bahan penggumpal) yang baik dalam pembuatan
tahu. Asam cuka yang dipergunakan dalam pembuatan tahu di Indonesia ialah asam
cuka yang mengandung 4% asam asetat, alias cuka makan. Dosis yang dipergunakan
untuk setiap 0,5 kg kedelai kering sebanyak 74 ml atau sekitar 16,4% dari berat
kering kedelai. Penambahan asam cuka ini dilakukan saat suhu sari kedelai
antara 80 – 90 (Sarwono,2006).
3. Biang tahu (whey)
Bahan penggumpal ini berupa air sisa penggumpalan
sari kedelai. Sebelum digunakan, cairan ini didiamkan selama 1 – 2 malam agar
bakteri yang ada menghasilkan asam laktat. Kendala yang sering muncul yaitu
bila penanganannya tidak higienis, bisa tumbuh (berkembang) bakteri pemecah
protein (Sarwono,2006).
4. Kalsium sulfat murni
Bahan penggumpal ini paling populer di dunia.
Bentuknya berupa serbuk putih. Tahu yang dihasilkan lunak, teksturnya lembut,
dan rasanya lembut hingga sedang. Bahan ini dapat digunakan dalam pembuatan
tahu keras dan tahu lunak (tahu sutera). Dosis pemakaiannya kira-kira 10 gram
per 0,5 kg kedelai kering untuk pembuatan tahu keras. Sementara, pada pembuatan
tahu sutera digunakan sebanyak 4 gram per 0,5 kg kedelai kering. Pemberian
kalsium sulfat dilakukan pada saat suhu sari kedelai 70 – 75.
Bahan penggumpal ini harus disimpan dalm wadah tertutup rapat agar masih dapat
digunakan sampai 9 – 12 bulan (Sarwono,2006).
5. Glucono-delta-lacton (GDL)
Glucono-delta-lacton (GDL) banyak digunakan sebagai penggumpal sari
kedelai di Jepang sejak tahun 1969. Bahan penggumpal ini tergolong istimewa.
GDL dapat dicamprkan ke dalam sari kedelai dingin dengan jumlah sedikit,
kemudian dimasukkan kedalam wadah dan ditutup rapat, lalu dicelupkan ke dalam
air bersuhu 85 – 90 selam
30 – 50 menit. Panas tersebut akan mengaktifkan lacton sehingga terbentuk tahu
yang bagus dalam wadah tanpa harus memisahkan air tahu dan terlindung dari
pencemaran jasad renik. Di Jepang tahu demikian disebut filled tofu (Sarwono,2006).
Tahu dibuat kacang kedelai yang difermentasikan dan diambil sarinya.
Berbeda dengan tempe yang asli dari Indonesia, tahu berasal dari Cina. Tahu
adalah kata serapan dari bahasa Hokkian (tauhu) yang secara harfiah berarti
kedelai yang difermentasi. Ada beberapa jenis tahu diantaranya:
1. Tahu putih
Tahu jenis ini
teksturnya padat dengan pori-pori agak besar. Di pasaran dapat dijumpai dalam
beragam bentuk dan ukuran. Tahu putih cocok diolah menjadi lauk, hidangan
berkuah (sup, sayur kuah), aneka tumis, adonan isian dan goreng. Selain itu
juga cocok digunakan sebagai campuran beragam kudapan seperti kroket, perkedel,
nugget dan lain-lain. Kualitas tahu putih hanya bisa bertahan selama 2 hari,
lebih dari itu akan terjadi perubahan aroma dan tekstur. Proses pengukusan dan
penyimpanan dalam almari pendingin hanya mampu menambah usia konsumsi maksimal
1 hari.
2. Tahu kuning
Tahu ini dikenal
dengan nama tahu takwa atau tahu Kediri, karena sentra pembuatan tahu ini
banyak dijumpai di Kediri. Tekstur tahu kuning sangat padat, kenyal, berpori
halus dan lembut. Bentuknya kotak segi empat dan agak pipih. Karena
kepadatannya yang lebih baik dari pada tahu putih ketika dipotong tahu tidak
mudah hancur. Warna kuning pada tahu menggunakan pewarna alami yang berasal
dari kunyit.
3. Tahu sutera (tofu)
Disebut tahu
sutera karena teksturnya sangat halus. Pada umumnya tofu berwarna putih. Di
pasaran dijual dalam keadaan segar dan dikemas dengan plastik kedap udara. Tofu
ada yang berbentuk selinder dan segi empat. Tofu yang ditambah dengan telur
dikenal dengan nama egg tofu, warnanya lebih kuning. Sedangkan tofu dengan
tambahan udang namanya shrimp tofu.
4. Tahu pong
Teksturnya padat
dengan pori-pori besar. Ciri khasnya ketika digoreng kering, maka bagian
dalamnya akan terdapat rongga dan kulitnya akan kecokelatan dan renyah. Tahu
pong lebih umum disajikan untuk camilan dan campuran masakan berkuah.
5. Tahu susu
Tahu susu
diperoleh dari proses curdling (mengumpalkan) susu dengan rennet atau asam
seperti lemon juice atau cuka, kemudian menghilangkan bagian cairnya. Bagian susu yang telah mengumpal tersebut kemudian di
padatkan hingga terbentuk batangan tahu yang padat. Tampilan tahu susu mirip dengan tahu air, tetapi lebih padat dan gurih.
Pembuatan tahu susu adalah salah satu upaya memanfaatkan susu yang kualitasnya
rendah. Tahu susu cocok untuk olahan panggang seperti steak, di goreng, untuk
campuran isi pai dan topping pizza.
6. Tahu air
Warnanya putih
seperti tahu putih, tetapi teksturnya lebih lembut dan lunak karena terbuat
dari gumpalan susu kedelai yang dipadatkan.
7. Tahu kulit
Jenis tahu kulit
paling populer adalah tahu Sumedang. Kulitnya berwarna kecokelatan dengan
rongga bagian dalam yang akan tampak jika tahu digoreng (Mifatahurrohman, 2014).
Tahu dibuat
berdasarkan beberapa perubahan yang terjadi baik perubahan fisik maupun kimia.
Pada proses perendaman digunakan air hangat sehingga terjadi perubahan fisik
dimana kedelai menjadi lunak dan dapat mudah dikelupas dari kulit ari sedangkan
terjadi perubahan kimia dimana bau langu dari kedelai mulai berkurang. Pada
proses pengelupasan kedelai dari kulit ari terjadi perubahan kimia dimana
kedelai sudah tidak mengandung selulosa yang terdapat pada kulit ari selain itu
juga terjadi perubahan fisik dimana kacang kedelai sudah bersih tanpa kulit
ari. Proses selanjutnya yaitu penggilingan, pada proses ini terjadi perubahan fisik dimana kedelai
menjadi hancur sehingga didapat filtratnya. Filtrat yang didapat kemudian
dipanaskan sehingga terjadi perubahan kimia yaitu terjadi denaturasi protein
dan terjadi perubahan fisik dimana suhu pada filtrat meningkat. Pada proses
tempering terjadi perubahan fisik dimana suhu kembali menurun. Kemudian
ditambahkan asam sehingga terjadi perubahan kimia dimana protein akan
terkoagulasi sehingga terjadi perubahan fisik yaitu protein akan menggumpal.
Apabila protein dipanaskan atau ditambahkan asam maka protein akan menggumpal.
Hal ini disebabkan oleh asam menarik mantel air yang melingkupi molekul-molekul
protein, selain itu penggumpalan juga dapat terjadi karena aktivitas
enzim-enzim proteolitik (Winarno, 1997).
CCP pembuatan tahu diantaranya pencucian dimana air
yang digunakan harus bersih dan tidak mengandung kontaminan lain. Penggilingan
dimana air dan kedelai harus disesuaikan penambahannya dengan prosedur agar
hasil yang diharapkan dapat tercapai. Penyaringan ampas harus diperhatikan agar
tidak ada ampas yang terbawa pada proses pemanasan filtrat. Pemanasan harus
memperhaikan suhu agar tidak terjadi pamasakan yang berlebihan dan terjadi
kerusakan protein secara total. Koagulasi dilakukan menggunakan koagulan yang
tidak berbahaya dan sesuai dengan ketentuan yang ada. Pencetakan dan
pengepresan harus diperhatikan dengan tidak menekan terlalu keras agar tahu
tidak hancur.
izin save diagramnya
BalasHapus