RESUME PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN
TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAGING DAN IKAN
BAKSO
Oleh
Nama : Ernalia Rosita
NRP :
133020175
LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2016
TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini
adalah untuk diversifikasi produk olahan daging atau ikan, untuk mengetahui
proses pembuatan bakso dan untuk memperpanjang umur simpan produk daging atau
ikan.
PRINSIP PERCOBAAN
Prinsip
dari percobaan ini yaitu berdasarkan gel protein
sehingga emulsi yang stabil membentuk produk yang kenyal dan elastis.
DIAGRAM
ALIR
HASIL PENGAMATAN
Tabel
1. Hasil Pengamatan Pembuatan Bakso
(Sumber: Ernalia Rosita, Meja 3, Kelompok G, 2016)
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil percobaan pembuatan bakso
dapat diketahui bahwa bakso tersebut memiliki berat produk 182 gram, % produk
sebesar 91%. Bakso yang dihasilkan memiliki cokelat abu-abu, rasanya asin,
aromanya khas daging, teksturnya kenyal serta kenampakan yang menarik.
Fungsi
bahan yang digunakan dalam pembuatan bakso sapi diantaranya adalah tapioka, STPP,
merica, bawang putih, garam dan es batu untuk pengolahan daging ayam. Setiap
bahan tentu memiliki fungsi masing-masing dalam menentukan kualitas bakso yang
dihasilkan. Daging sapi, merupakan bahan baku utama dalam
pembuatan bakso sapi ini. Daging merupakan sumber protein yang berkualitas
tinggi, mengandung vitamin B, mineral khususnya besi. Daging merupakan sumber
utama untuk mendapatkan asam amino esensial. Asam amino terpenting di dalam
otot segar adalah alanin, glisin, asam glutamat dan histidin (Lawrie, 1995). Tepung
tapioka yang digunakan berfungsi sebagai bahan pengisi sekaligus sebagai bahan
yang membantu membuat tekstur bakso menjadi lebih kenyal. Penggunaan tepung
tapioka ini dipilih sebab kandungan patinya yang tinggi sehingga memudahkan
terjadinya proses gelatinisasi. Tepung tapioka atau disebut
juga pati ubi kayu, yang merupakan granula dari karbohidrat, berwarna putih,
tidak mempunyai rasa manis dan tidak berbau. Tepung tapioka mempunyai banyak
kegunaan, antara lain sebagai bahan pembantu dalam berbagai industri. Tepung
tapioka memiliki kandungan pati yang lebih tinggi. Pati memegang peranan
penting dalam menentukan testur makanan, dimana campuran granula pati dan air
bila dipanaskan akan membentuk gel. Pati yang telah berubah menjadi gel
bersifat irreversible, dimana
molekul-molekul pati saling melekat membentuk suatu gumpalan sehingga
viskositasnya semakin meningkat (Winarno, 1992).
Bumbu-bumbu seperti merica,
bawang putih dan garam digunakan untuk memberikan cita rasa pada produk bakso.
Selain memberikan rasa, bau dan aroma pada masakan, bumbu itu sendiri mempunyai
pengaruh sebagai bahan pengawet terhadap makanan. Penggunaan bumbu yang tepat
dan benar pada suatu masakan akan menghasilkan makanan yang baik, enak dan
menggugah selera. Tidak lupa, ditambahkan juga
STPP (Sodium Tri Poly Phosphate).
Fungsi utama bawang adalah
sebagai pelengkap agar masakan terasa lebih sedap. Diantara beberapa komponen
bioaktif yang terdapat pada bawang putih adalah senyawa sulfida atau dalam
bentuk teroksidasi disebut dengan alisin. Sama seperti senyawa fenolik lainnya
alisin mempunyai fungsi fisiologis yang sangat luas, termasuk diantaranya
adalah antioksidan, anti kanker, antitrombotik, anti radang,
penurunan tekanan darah dan dapat menurunkan kolesterol darah (Wibowo, 1995).
Es batu digunakan sebagai
bahan yang membantu daging ayam untuk mempertahankan protein yang terdapat
dalam daging ayam. Seperti telah disebutkan bahwa daging ayam memiliki banyak
kandungan asam amino esensial yang dibutuhkan oleh tubuh. Es
batu atau es serut ini akan mengurangi panas yang ditimbulkan oleh alat selama
proses penggilingan atau penghancuran.
Es menggantikan fungsi air
sebagai fase pendispersi dalam olahan bakso secara manual. Dalam pengolahan
bakso dengan menggunakan mesin, penggunaan es bertujuan untuk mengurangi panas
yang ditimbulkan oleh alat pembentuk emulsi atau chopper. Jika uhu tidak diusahakan turun, maka protein akan
terdenaturasi sehingga kemampuan bertindak sebagai pengemulsi akan turun
(Elviera, 1988).
Proses pembuatan bakso ini
tidaklah begitu rumit. Hanya saja, pengolahan dengan langkah-langkah yang tepat
harus diperhatikan untuk mendapatkan bakso yang diinginkan. Proses pengolahan
yang dilakukan untuk mendapatkan bakso adalah penghancuran dengan es batu,
pencampuran, perebusan dan penirisan.
Agar bakso yang dihasilkan
bagus, daging digiling bersama-sama dengan es batu dan garam dapur, kemudian
ditambahkan bahan yang lain. Garam dapur dapat juga ditambahkan bersama bumbu
lainnya. Penggunaan es atau atau air es ini sebaiknya es batu, sangat penting
dalam pembentukkan tekstur bakso. Dengan adanya es ini suhu dapat dipertahankan
tetap rendah sehingga protein daging tidak terdenaturasi. Penggunaan es juga
berfungsi menambahkan air ke dalam adonan sehingga adonan tidak kering selama
pembentukkan adonan maupun selama perebusan. Penambahan es juga meningkatkan
rendemennya.
Es batu dicampurkan pada
saat proses penggilingan. Hal ini dimaksudkan agar selama penggilingan, daya
elastisitas daging tetap terjaga sehingga bakso yang dihasilkan akan lebih
kenyal (Widyaningsih dan Murtini, 2006).
Proses pencampuran dilakukan
pada mesin, dalam hal ni food processor,
dengan menambahkan tapioka, dan bumbu yang telah dihaluskan. Setelah siap
adonan dicetak menjadi bola-bola bakso dengan menggunakan tangan dibantu dengan
sendok. Pada saat pemcetakan, ukuran bakso diusahakan seragam, tidak terlalu
besar dan tidak juga terlalu kecil. Jika tidak seragam, matangnya bakso ketika
direbus tidak bersamaan dan menyulitkan pengendalian proses. Selain itu
keseragaman ukuran mempengaruhi mutu bakso.
Bola bakso yang sudah
terbentuk kemudian direbus dalam air mendidih hingga matang. Jika bakso telah
mengapung di atas permukaan air berarti bakso sudah matang dan perebusan dapat
dihentikan. Bakso kemudian diangkat, ditiriskan dan didinginkan pada suhu
ruang. Hasilnya adalah produk bakso ayam yang siap kemas atas siap konsumsi.
Bakso didefinisikan sebagai
daging yang dihaluskan, dicampur dengan pati, lalu dibentuk bulat-bulat dengan
tangan sebesar kelereng atau lebih besar dan dimasukkan ke dalam air panas jika
ingin dikonsumsi. Untuk membuat adonan bakso, potong-potong kecil daging
kemudian cincang halus dengan menggunakan pisau tajam atau blender. Setelah tu
daging diuleni dengan es batu atau air es (10-15% berat daging) dan garam serta
bumbu lainnya sampai menjadi adonan yang kalis dan plastis sehingga mudah
dibentuk. Sedikit demi sedikit ditambahkan tepung kanji agar adonan lebih
mengikat. Penambahan tepung kanji cukup 15-20% berat daging (Ngadiwaluyo dan
Suharjito, 2003).
Selama proses pengolahan
bakso, terjadi perubahan fisik, kimia dan mikrobiologi pada produk bakso.
Perubahan fisik ini umumnya selalu diikuti dengan adanya perubahan kimia.
Perubahan fisik yang terjadi adalah yang secara jelas terlihat oleh mata kita
yaitu adanya perubahan bentuk adonan dari bentuk semi padat menjadi bentuk
padat dan teksturnya menjadi kenyal. Adanya perubahan ini akibat terjadinya
perubahan kimia pada bakso, yaitu terjadinya proses gelatinisasi yang
diakibatkan adanya penambahan tepung tapioka dalam adonan. Perubahan
mikrobiologi juga terjadi seiring dengan perubahan fisik dan kimia yang terjadi
pada produk bakso. Secara mikrobiologi, adanya garam, proses perebusan dan
pengemasan pada produk bakso dapat membantu meningkatkan daya simpan produk
akibat kerusakan oleh mikroorganisme.
Kekenyalan produk
bakso ini merupakan efek sinergis dari penambahan STPP atau Sodium Tri Poly Phosphate. Sodium tri poly phosphate merupakan
senyawa polifosfat dari natrium dengan rumus Na5P3O10.
STPP berbentuk bubuk atau granula berwarna putih dan tidak berbau.
STPP dapat pula bereaksi
dengan pati. Ikatan antara pati dengan fosfat diester atau ikatan silang antar
gugus hidroksil (OH), akan menyebabkan ikatan pati menjadi kuat, tahan terhadap
pemanasan, dan asam sehingga dapat menurunkan derajat pembengkakan granula, dan
meningkatkan stabilitas adonan.
STPP mampu menambah citarasa,
memperbaiki tekstur, mencegah terjadinya rancidity
(ketengikan), dan meningkatkan kualitas produk akhir dengan mengikat zat
nutrisi yang terlarut dalam larutan garam seperti protein, vitamin dan mineral.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Thomas (1997) bahwa STPP dapat menyerap,
mengikat dan menahan air, meningkatkan water
holding capacity (WHC), dan keempukan (Mubandrio, 2009).
Menurut SNI (2008), daging
adalah bagian otot skeletal yang aman, layak dan lazim dikonsumsi manusia,
dapat berupa daging segar, daging segar dingin dan daging beku. Sedangkan
karkas adalah bagian dari tubuh sapi sehat yang telah disembelih secara halal
sesuai dengan CAC/GL-24 1997, telah dikuliti, dikeluarkan jeroan, dipisahkan
kepala dan kaki mulai dari tarsus/karpus ke bawah, organ reproduksi dan ambing,
ekor serta lemak yang berlebih. Soeparno (1998) mendefinisikan sebagai semua
jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan jaringan tersebut yang sesuai
untuk dimakan serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang memakannya.
Jika
dibandingkan dengan SNI maka bakso yang dibuat di laboratorium telah sesuai
syarat mutu SNI, yakni memiliki warna normal bakso, bersifat kenyal dan
beraroma khas daging.
Critical Control
Point atau CCP dalam proses pengolahan produk
bakso ini adalah pada saat melakukan proses pencetakan dan perebusan. Pada saat
melakukan pencetakan terlebih dengan menggunakan tangan, tangan harus dalam
keadaan bersih. Sebisa mungkin, tangan dibungkus dengan sarung tangan agar
produk yang dihasilkan tidak terkontaminasi dengan bakteri yang biasanya secara
alami ada pada tangan yaitu bakteri Staphylococcus
aureus. Kemudian pada saat melakukan proses perebusan, waktu yang digunakan
untuk merebus bakso minimal adalah 15 menit, sehingga tidak memberikan
kesempatan pada mikroorganisme yang mungkin ikut serta selama proses untuk
hidup dan memperbanyak diri sehingga daya simpannya dapat diperpanjang.
wo3w saya butuhkan ini unttuk pr saya
BalasHapus