RESUME PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN
TEKNOLOGI PENGOLAHAN BUAH DAN SAYUR
SELAI
Oleh
Nama : Ernalia Rosita
NRP :
133020175
LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2016
TUJUAN PERCOBAAN
Untuk
mengetahui cara pembuatan selai sebagai diversifikasi pengolahan buah dan untuk
memperpanjang umur simpan.
PRINSIP PERCOBAAN
Berdasarkan
pada proses pemotongan buah serta pencampuran dengan pectin dan sukrosa
dilanjutkan proses pemasakan hingga konsentrasinya stabil selama masa simpan.
DIAGRAM ALIR
Gambar 1.
Diagram Alir Pembuatan Selai
HASIL PENGAMATAN
Tabel
1. Hasil Pengamatan Pembuatan Selai
Keterangan
|
Hasil
Pengamatan
|
Basis
|
200 gram
|
Bahan Utama
|
Buah
Buah Nanas (149,6 gram)
|
Bahan Tambahan
|
1.
Pektin (0,76 gram)
2.
Gula (48,7 gram)
3.
Asam sitrat (1 gram)
|
Berat Produk
|
73,4
gram
|
% Produk
|
36,7%
|
Organoleptik
1.
Warna
2.
Rasa
3.
Aroma
4.
Tekstur
5.
Kenampakan
|
Kuning
Manis
Khas
buah nanas
Lembut
Menarik
|
Gambar Produk
|
(Sumber:
Ernalia Rosita, Meja 3, Kelompok G, 2016)
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan
didapatkan berat produk selai nanas sebesar 73,4 gram dengan % produk sebesar
36,7%. Berdasarkan pengamatan sifat organoleptiknya selai nanas memiliki warna
kuning, rasa manis, aroma khas buah nanas, tekstur lembut, dan kenampakannya
menarik.
Fungsi bahan yang ditambahkan pada saat
pembuatan nanas diantaranya bubur buah nanas sebagai bahan baku pembuatan
selai. Gula selain sebagai pemanis juga merupakan
pengawet. Kandungan air pada bahan yang akan diawetkan ditarik dari sel buah
sehingga mikroba menjadi tidak cocok lagi tumbuh. Selain itu kadar gula yang
tinggi dalam selai juga menambah stabilitas terhadap mikroorganisme karena gula
dapat menurunkan keseimbangan kelembaban relatif (Agustina, 2007).
Asam
sitrat yang sering ditambahkan pada pembuatan selai adalah asam organik seperti
asam tartrat, asam sitrat, dan asam malat. Penambahan asam bertujuan untuk
menurunkan pH selai agar diperoleh kondisi asam yang cocok untuk pembentukan
gel dan menghindari pengkristalan gula. Jumlah asam yang ditambahkan tergantung
dari keasaman buah dan pH akhir selai yang dikehendaki. Kondisi optimum agar
terbentuk gel terjadi pada pH 3,2. Selain itu asam juga digunakan untuk
memperbaiki sifat koloidal dari makanan yang mengandung pektin dan membantu
ekstraksi pektin dan pigmen dari buah-buahan (Agustina, 2007).
Bahan
pengental yang berupa pektin yang digunakan dalam pembuatan selai lembaran
jambu ditujukan untuk memodifikasi tekstur selai sehingga mendapatkan rasa
cicip (mouthfeel) yang disukai. Selain itu juga berfungsi untuk menstabilkan,
memekatkan atau mengentalkan makanan yang dicampur dengan air, sehingga
membentuk kekentalan tertentu (Agustina, 2007).
Fungsi
perlakuan diantaranya sortasi untuk memisahkan buah yang baik dan buah yang
apkir. Trimming dilakukan untuk memisahkan kotoran, biji, dan kulit. Pencucian
dilakukan untuk membersihkan bagian buah dari kotoran atau kontaminan yang
menempel. Penghancuran dilakukan untuk memperkecil luas permukaan bahan dan
mempermudah proses selanjutnya. Penimbangan dilakukan untuk menimbang berat
yang akan digunakan dan juga menimbang produk akhir. Pencampuran dilakukan
untuk mencampurkan semua bahan sehingga tercampur rata dan siap untuk dimasak.
Pemasakan dilakukan untuk menghilangkan sebagian kadar air didalam campuran
sehingga dihasilkan hasil akhir selai yang viskositasnya meningkat. Dan
pengemasan, dilakukan dengan menggunakan jar yang telah disterilisasi untuk
menyimpan selai yang telah dimasak.
Selai
atau sering disebut juga “jam” merupakan makanan semi padat yang
berbahan
dasar bubur buah dicampur dengan 35 – 45 bagian gula dan dipanaskan sampai
kandungan gulanya berkisar antara 50 – 65%. Pada dasarnya semua jenis buah-buahan
yang matang dapat diolah menjadi selai. Namun secara komersial perlu
diperhatikan selera konsumen sebelum mengolah buah menjadi selai untuk tujuan
komersial, karena tidak semua buah, setelah diolah, mempunyai rasa yang disukai.
Beberapa tahun belakangan banyak kreasi yang dilakukan sebagai daya tarik
produk sehingga ada berbagai jenis produk selai di pasaran. Berbagai tingkat
konsistensi produk dapat dibuat, dari yang kekentalan rendah (sangat halus
dioleskan di atas roti) sampai yang sangat kental. Demikian pula, ada yang menambahkan
potongan buah segar ke dalam selai. Warna selai juga bisa beragam sesuai dengan
warna buah yang diolah (Tim TPC UNUD, 2012).
Syarat buah yang dapat dijadikan
selai antara lain buah yang memiliki kandungan serat yang tinggi, kandungan
airnya tidak terlalu tinggi, dan memiliki pH 5-6. Selain itu, buah-buahan yang
ideal dalam pembuatan selai harus mengandung pektin dan asam yang cukup untuk
menghasilkan selai yang baik. Buah-buah tersebut meliputi tomat, apel, anggur,
dan jeruk (Desrosier, 1988).
Menurut Yenrina (2009) selai yang bermutu
baik memiliki sifat tertentu, diantaranya adalah konsistensi, warna cemerlang,
tekstur lembut, flavor buah alami, tidak mengalami sineresis yaitu keluarnya
air dari gel sehingga kekentalan selai berkurang, dan kristalisasi selama
penyimpanan. Ciri-ciri selai yang berkualitas baik adalah sebagai berikut:
a.
Warna: Bening
(kekuningan, merah, coklat tua, coklat muda dan lain-lain tergantung dari warna
buah aslinya)
b.
Kenampakan: Bening dan
jernih
c.
Aroma: Wangi buah
d.
Rasa: Manis
Bahan
Tambahan Pangan yang digunakan dalam pembuatan selai nanas diantaranya pektin,
asam, dan gula. Pektin merupakan zat yang berfungsi sebagai pembentuk gel yang
mengikat atau menghomogenisi campuran menjadi sebuah campuran yang utuh.
Pektin
dapat menghasilkan struktur dan berbagai kekentalan selai dengan pembentukan
jaringan ikatan air dengan sari buah atau bubur buah. Sebelum terbentukkanya
gel, senyawa pektin tunggal akan dikelilingi oleh molekul-molekul air. Apabila
lingkungan dari molekul tersebut merupakan larutan yang asam, maka pektin akan
kehilangan daya ikat airnya dan akan dapat berikatan menjadi satu membentuk gel
pektin yang baik (Tim TPC UNUD, 2012).
Terbentuknya
gel selama proses pengolahan buah sangat tergantung pada kandungan pektin dalam
bubur buah. Selain itu keasaman dan gula yang ditambahkan sangat menentukan
mutu gel yang terbentuk. Beberapa jenis buah mengandung pektin yang tinggi,
sehingga tidak perlu menambahkan pektin ke dalam bubur buah pada proses
pembentukan gel. Namun banyak buah yang kandungan pektinnya rendah dan apabila
ingin diolah menjadi selai diperlukan penambahan pektin ke dalam bubur buah
(Tim TPC UNUD, 2012).
Untuk
menarik molekul air yang mengelilingi senyawa pektin, gula yang ditambahkan
mempunyai peran yang signifikan pada tahapan ini. Pemanis buatan dapat
meningkatkan rasa manis, namun perannya tidak seperti gula. Untuk itulah, pektin
akan tidak berfungsi tanpa adanya gula dalam pembuatan selai (Tim TPC UNUD,
2012).
Gula
dapat meningkatkan kemampuan pektin membentuk gel, dan mempengaruhi tekstur dan
konsistensi selai. Perlu diketahui bahwa gula bukan untuk tujuan preservasi.
Sterilisasi dan keasaman lebih penting untuk tujuan preservasi (Tim TPC UNUD,
2012).
Asam
diperlukan pada pembuatan selai untuk menambah citarasa dan
pembentukan
gel. Kandungan asam bervariasi pada jenis buah-buahan dan tingkat kematangannya.
Banyak buah-buahan yang mengandung cukup asam untuk pembentukkan gel, namun ada
buah-buahan yang harus ditambahkan asam untuk dapat terbentuknya gel (Tim TPC
UNUD, 2012).
Asam sitrat digunakan sebagai penguat rasa asam alami buah
yang mungkin hilang dalam prosep semasakan dan pembentukan gel. Rasa sama yang
dihasilkan merupakan penyeimbang antara rasa manis dan asam yang ingin
dihasilkan, sehingga rasa selai yang dihasilkan dapat mendekati seperti rasa
buah alami. Penggunaan asam sitrat sebagai zat tambahan dalam pembuatan selai
harus sesuai dengan komposisi yang aman bagi kesehatan. Untuk buah-buahan yang
karakteristik rasanya memang sudah asam, penggunaan asam sitrat dapat
dikurangi. Penggunaan asam sitrat dapat digantikan dengan menggunakan air
perasa jeruk nipis yang jumlahnya sesuai dengan selera sehingga tercapai rasa
yang diinginkan (Badan Litbang Pertanian, 2013).
Selain bahan
diatas, untuk mengawetkan selai dapat juga digunakan pengawet makanan. Zat ini
digunakan untuk memperpanjang umur simpan selai yang dibuat. Zat pengawet yang
dapat digunakan adalah zat pengawet untuk makanan seperti natrium benzoat
dan asam sorbat. Natrium benzot memilki rasa yang agak asam, sedangkan
asam sorbat cenderung tidak berasa dan tidak berbau. Sebenarnya kandungan gula
yang cukup tinggi pada selai sudah cukup membantu proses pengawetan, namun
pemberian zat pengawet tetap diperlukan mengingat selai biasanya dikemas dalam
jumlah yang relatif banyak sehingga tidak langsung habis. Natrium benzoat dan
asam sorbat dapat dibeli di toko bahan kue (Badan Litbang Pertanian, 2013).
Jika
dibandingkan dengan SNI tahun 1995 tentang syarat mutu selai buah, dapat
diketahui bahwa selai nanas yang dibuat di laboratorium telah memenuhi syarat
SNI dari segi organoleptiknya yaitu selai memiliki bau, rasa, aroma, dan
tekstur yang normal.
CCP dalam
proses pembuatan nanas terjadi pada saat pemanasan dimana perlu adanya
pengontrolan suhu agar suhu yang digunakan tidak terlalu rendah atau terlalu
tinggi dan harus diperhatikan juga waktu pemanasannya.
0 komentar:
Posting Komentar