LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI
PENGOLAHAN PANGAN
TEKNOLOGI
PENGOLAHAN SEREALIA DAN KACANG-KACANGAN
ROTI
TAWAR DAN ROTI MANIS
(Triticum sp)
Oleh
Ernalia Rosita
133020175
Ernalia Rosita
133020175
LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN
JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2016
TUJUAN
PERCOBAAN
Untuk mengetahui proses pembuatan roti baik
menggunakan sponge and dought maupun straight dought, untuk menambah nilai
ekonomis, dan untuk diversifikasi pada tepung dan terigu yang digunakan serta
produk olahan
gandum.
PRINSIP
PERCOBAAN
Berdasarkan terbentuknya gluten dari gliadin dan
glutenin serta penambahan air dan ragi, sehingga terjadi proses fermentasi
dimana CO2 terperangkap dalam gluten maka adonan mengembang.
DIAGRAM ALIR
Gambar 1. Diagram alir
pembuatan roti metode straight dough
Gambar 2. Diagram alir
pembuatan roti metode sponge and dough
HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pembuatan Roti Tawar
Keterangan
|
Hasil
|
Basis
|
200 gram
|
Bahan Utama
|
Tepung Cakra (106 gram)
|
Bahan Tambahan
|
Ragi 1 % = 2 gram
Susu bubuk 5% = 10 gram
BI 0,1 %= 0,1 gram
Sukrosa 8% = 16 gram
Air dingin 19,9% = 39,8 gram
Butter 4% = 8 gram
Garam 1% = 2 gram
Telur 8% = 16 gram
|
Berat Produk
|
181 gram
|
%Produk
|
90,5 %
|
Organoleptik
|
Kuning Kecoklatan
Manis dan gurih
Khas roti tawar
Lembut
Menarik
|
Gambar Produk
|
|
(Sumber
: Ernalia Rosita,
Meja 3, Kelompok G, 2016)
Tabel
2. Hasil Pengamatan Pembuatan Roti Manis
Keterangan
|
Hasil
|
Basis
|
200 gram
|
Bahan Utama
|
Tepung Cakra = 77, 7 gram
Tepung Segitiga = 30 gram
|
Bahan Tambahan
|
Foaming 2,5% = 5 gram
Ragi 1 % = 2 gram
BI 0,1 %= 0,2 gram
Sukrosa 9% = 18 gram
Air Susu 16,5% = 33 gram
Margarine 9% = 18 gram
Garam 0,05% = 0,1 gram
Telur 8% = 16 gram
Bahan Isian = 5 gram
|
Berat Produk
|
216 gram
|
%Produk
|
108 %
|
Organoleptik
1.
Warna
|
Pink Kecoklatan
Manis
Khas roti manis
Lembut
Menarik
|
Gambar Produk
|
|
(Sumber
: Ernalia Rosita,
Meja 3, Kelompok G, 2016)
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan pada pembuatan roti tawar
didapat persen produk 90,5% dengan berat produk 181 gram. Sedangkan pada pembuatan roti manis
didapatkan persen produk sebesar 108% dengan berat sebesar 216 gram.
Dalam
pembuatan roti tawar dan roti manis dilakukan beberapa perlakuan baik dengan
metode sponge and dough atau straight dough. Pencampuran dilakukan dengan untuk mecampurkan semua bahan yang digunakan untuk membuat adonan.
Pencampuran dilakukan beberapa tahap agar didapatkan adonan yang kalis dan tercampur sempurna. Fermentasi
dilakukan untuk menfermentasi roti sehingga roti mengembang. Pengempisan adonan
dilakukan untuk mengeluarkan CO2 yang masih terdapat dalam adonan.
Penimbangan dilakukan untuk menimbang bahan atau produk. Tempering dilakukan
untuk mengistirahatkan adonan setelah proses fermentasi yang selanjutnya
dilakukan baking. Baking dilakukan untuk mematangkan adonan sehingga
menghasilkan hasil akhir berupa roti.
Fungsi
bahan-bahan dalam pembuatan roti seperti terigu adalah untuk membentuk gluten
yang akan mengikat CO2 terperangkap dalam roti sehingga roti
mengembang. Gluten ini terbentuk dari protein yang terkandung dalam tepung
yaitu glutenin dan gliadin yang akan menghasilkan gluten jika dilarutkan dengan
air. Terigu yang digunakan adalah terigu yang memiliki protein tinggi agar roti
mengembang dengan baik. Fungsi air untuk melarutkan bahan menjadi adonan dan
membentuk gluten. Fungsi foaming adalah untuk pewarna roti. Fungsi garam selain
untuk memberi rasa untuk memperkuat jaringan gluten dan mengontrol fermentasi.
Fungsi gula selain sebagai nutrisi bagi ragi tapi juga untuk membuat tekstur
roti lebih lembut dan memperpanjang umur roti dan memberikan warna pada
permukaan roti yaitu reaksi karamelisasi. Fungsi margarine untuk memberi rasa
dan aroma. Fungsi susu bubuk untuk menambah nilai gizi. Susu yang dipakai untuk
roti tawar adalah susu bubuk skim, susu bubuk juga digunakan untuk mengolesi
roti sebelum di oven. Fungsi bread
improver adalah untuk meningkatkan kualitas roti semakin mengembang karena bread improver mengandung enzim amilase
untuk merombak karbohidrat dalam tepung.
Tujuan
fermentasi roti adalah untuk mengembangkan adonan dan membentuk tekstur roti. Udara
(oksigen) yang masuk ke dalam adonan pada saat pencampuran dan pengulenan
(kneading) akan dimanfaatkan untuk tumbuh oleh khamir. Akibatnya akan terjadi
kondisi yang anaerob dan terjadi proses fermentasi dimana giladin
dan glutenin jika ditambah air akan membentuk adonan (dough) dan bila
diremas-remas akan membentuk substansi gluten yang lengket dan elastis. Di
dalam pembuatan roti glutenin akan membentuk jaringan dan kerangka roti
(stuktur dasar remah roti) serta menahan gas yang dihasilkan dari hasil
peragian. Gas CO2 yang dihasilkan
selama proses fermentasi akan terperangkap di dalam lapisan film gluten yang
impermiabel. Gas akan mendesak lapisan yang elastis dan extensible yang
selanjutnya menyebabkan pengembangan (penambahan volume) adonan. Gelembung
udara yang terperangkap berperan sebagai inti yang menyerap gas CO2
yang terbentuk akan membuat adonan mengembang membentuk struktur spon atau
berpori. Pengembangan adonan dapat melebihi 1:6 karena gas CO2
terbentuk selama fermentasi. Pada
fermentasi dihasilkan gas CO2 dan alkohol dimana alkohol akan
menguap selama proses pemanggangan.
Roti tawar adalah roti dengan kadar gula di bawah 10%
dari berat tepung terigu. Secara internasional rata-rata kadar gulanya sekitar
2,5 hingga 4%. Di Jawa Tengah kadar gula untuk roti tawar mencapai 10% karena
orang di Jawa Tengah suka rasa manis. Bentuk roti ini umumnya kotak persegi
panjang, bulat dan setengah lingkaran permukaan atasnya (Ginand, 2011).
Roti manis
adalah roti dengan kadar gula di atas 15% dari berat tepung terigu. Secara
internasional kadar gula rata-rata untuk roti manis berkisar 15 hingga 30%.
Bentuk roti ini bervariasi sesuai keahlian baker (ahli roti) yang membuatnya
(Ginand, 2011).
Pembuatan roti dapat dilakukan
dengan berbagai metode. Adapun
berbagai jenis metode yang digunakan dalam pembuatan roti yaitu diantaranya Straigh
Dough atau
adonan langsung adalah cara yang paling banyak digunakan dalam industri Rumah
Tangga di Indonesia. Yang dimaksud dengan Straigh itu sendiri adalah suatu
proses pembuatan roti dengan satu kali pengadukan dimana semua bahan diaduk
menjadi satu. Pencampuran ini dilakukan hingga adonan kelihatan lembut dan
kalis. Temperatur adonan yang keluar dari mixer berkisar antara 26-28oC, dan difermentasikan antara 1-3
jam. Keuntungan dari sistem ini adalah mempunyai toleransi yang baik terhadap
waktu aduk, lebih sedikit karyawan yang dipekerjakan, lebih pendek waktu
produksi dibandingkan dengan sistem Sponge
Dough. Akan tetapi sistem ini juga mempunyai kedap waktu fermentasi serta
kesalahan tidak dapat dikoreksi bila terjadi kesalahan pada saat pengadukan
(Suci, 2012).
Teknik pembuatan roti dengan
sistem Sponge and Dough ini memiliki
beberapa keunggulan dibandingkan dengan sistem Straigh Dough, antara lain lebih
sedikit penggunaan yeast (ragi) dalam adonan, roti yang dihasilkan memiliki
volume lebih besar dan remah serta tekstur yang lebih baik, serta memiliki
tingkat fleksibilitas yang tinggi. Teknik Sponge
and Dough dalam pembuatan roti terdiri dari dua langkah, yaitu:
·
Pertama,
tahap pembuatan sponge (biang) dimana mencapurkan beberapa bahan dari bahan
total yang digunakan. Dalam tahap ini yang memegang peranan penting adalah
ragi(yeast).
·
Kedua,
pembuatan adonan (dough),
dimana biang yang telah tercampur dengan sisa bahan dari total bahan dalam
resep.
No Time Dough adalah system adonan cepat dimana dalam waktu 3
menit, roti dapat dibuat. Ciri-ciri dari sitem ini adalah pengadukan satu kali
fermentasi 0-45 menit, penambahan yeast
dan bread improver untuk mempercepat
pengembangan dan volume tetap baik, dan daya tahan sekitar 3 hari.
Keuntungan:
·
Penghematan waktu karena pengurangan waktu fermentasi
·
Tidak perlu ruangan khusus untuk fermentasi
·
Tidak perlu tempat untuk Sponge dan Adonan
·
Lebih sedkit peralatan yang dibutuhkan
·
Lebih sedkit tenaga atau karyawan dalam perawatan alat
Kerugian:
·
Tidak mempunyai aroma fermentasi
·
Umur simpan yang lebih pendek
Dough Break adalah teknik pembuatan roti yang
adonannya sering sekali digiling, dengan cara manual biasanya digiling dengan
rolling pin sebanyak 25 kali, sedangkan dengan mesin menggunkan shitter agar
cepat kalis. Keuntungannya serat roti lebih halus dan warna roti lebih
putih, sedangkan kerugiannya
tidak memiliki aroma fermentasi (Suci, 2012).
Mekanisme gluten dalam pembuatan
roti adalah giladin dan glutenin jika ditambah air akan
membentuk adonan (dough) dan bila diremas-remas akan membentuk substansi gluten
yang lengket dan elastis. Di dalam pembuatan roti glutenin akan membentuk
jaringan dan kerangka roti (stuktur dasar remah roti) serta menahan
gas yang dihasilkan dari hasil peragian.
Air dalam pembuatan roti berfungsi sebagai pelarut semua
bahan menjadi adonan yang kompak. Air juga berfungsi sebagai pembentuk gluten
dimana giladin dan glutenin jika ditambah air akan
membentuk adonan (dough) dan bila diremas-remas akan membentuk substansi gluten
yang lengket dan elastis..
Karbohidrat tepung bereaksi dengan air dibantu oleh panas sekitar 64oC
atau lebih. Air berubah menjadi uap di dalam oven, menyebabkan pengembangan
roti menjadi pori-pori dari remah. Persyaratan air untuk roti adalah pH netral,
kandungan mineral normal (hardness 150-300 ppm) dan layak untuk air minum
(Yayath, 2009).
Perubahan fisik
yang terjadi pada proses pembuatan roti yaitu terjadi perubahan warna, bentuk, tekstur dan volume. Bahan-bahan
yang berbeda-beda jenis dan bentuknya dicampurkan menjadi satu menjadi adonan
yang kalis dengan sifat fisik yang tidak lengket, padat, dan elastis, padahal
sifat asli masing-masing bahan tidak kompak, ada yang cair dan ada yang padat,
dan sebagainya. Setalah proses
pemanggangan akan terjadi perubahan-perubahan fisik lain diantaranya warna yang
berubah menjadi kecoklatan, perubahan tekstur dari yang asalnya kompak dan
elastis menjadi berongga karena adanya proses fermentasi dan pemanggangan,
bentuk dan volume berubah yang asalnya kecil menjadi membesar karena adanya
proses fermentasi dan pemanggangan. Kenampakan dari roti juga berubah setelah
diolesi kuning telur dan air susu menjadi mengkilap dan lebih menarik.
Perubahan
kimia yang terjadi pada proses pembuatan roti yaitu dimana fermentasi dilakukan
menyebabkan ragi bekerja menguraikan karbohidrat menjadi C2H5OH
dan CO2, yang kemudian gas CO2 menyebabkan adonan menjadi
mengembang karena CO2 yang dihasilkan terperangkap di dalam adonan,
dan alkohol yang terbentuk akan menguap saat dilakukan proses pemanggangan.
Perubahan
biologis yang terjadi pada pembuatan roti yaitu dimana terjadinya kerja ragi
pada proses fermentasi dan pada proses pemanggangan ragi roti mati akibat
panas, dan menyebabkan kerjanya berhenti sampai disitu saja.
Critical Control Point dimulai pada saat pencampuran dimana bahan yang
dicampurkan harus bertahap supaya terbentuk adonan yang kalis dan tercampur
sempurna, selanjutnya fermentasi dimana proses fermentasi harus dilakukan pada
waktu yang cukup, artinya tidak boleh terlalu lama atau terlalu sebentar karena
dapat menyebabkan kegagalan dalam pembuatan roti diantaranya adalah roti
menjadi tidak mengembang. Selain itu pada proses pemanggangan suhu tidak boleh
terlalu tinggi atau terlalu rendah dan harus diawasi supaya roti tidak gosong.
kesimpulan dari pembuatan roti tawar ini apa kak ?
BalasHapusMohon maaf, apakah ada PDF journeynya? untuk dijadikan Reference dalam objek penelitian
BalasHapus