LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN
TEKNOLOGI PENGOLAHAN SEREALIA DAN
KACANG-KACANGAN
MINYAK KELAPA
(MODERN DAN TRADISIONAL)
Oleh :
Nama
|
:
Ernalia Rosita
|
NRP
|
:
133020175
|
LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN
PROGRAM
STUDI TEKNOLOGI
PANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2016
TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan
dari percibaan ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan minyak baik secara
tradisional, cara fermentasi maupun cara asam.
PRINSIP PERCOBAAN
Prinsip dari percobaan ini adalah berdasarkan penambahan asam hingga pH santan menjadi 4,2 – 4,5 sehingga kestabilan emulsi lemak terganggu dengan demikian protein akan menggumpal dan menyebabkan minyak terpisah.
DIAGRAM ALIR
HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pembuatan
Minyak Kelapa Modern
Keterangan
|
Hasil
Pengamatan
|
Basis
|
250 gram
|
Bahan Utama
|
Krim
Santan
|
Bahan Tambahan
|
Asam Asetat Glasial
|
Berat Produk:
|
67 gram
|
% Produk
|
26,8 %
|
Organoleptik :
1. Warna
2. Rasa
3. Aroma
4. Tekstur
5.Kenampakan
|
Kuning Jernih
Hambar
Khas minyak kelapa
Cair
Menarik
|
Gambar Produk
|
(Sumber: Kelompok G, 2016)
Tabel 2. Hasil Pengamatan Pembuatan
Minyak Kelapa Tradisional
Keterangan
|
Hasil
Pengamatan
|
Basis
|
750 gram
|
Bahan Utama
|
Bubur Santan
|
Bahan Tambahan
|
Air 1000 ml
|
Berat Produk:
|
280 gram
|
% Produk
|
37, 33 %
|
Organoleptik :
1. Warna
2. Rasa
3. Aroma
4. Tekstur
5.Kenampakan
|
Kuning Jernih
Hambar
Khas Minyak Kelapa
Cair
Menarik
|
Gambar Produk
|
(Sumber: Kelompok G, 2016)
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan minyak
kelapa modern didapatkan berat produk sebesar 67 gram dengan % produk sebesar
26,8% sedangkan minyak kelapa tradisional memiliki berat produk sebesar 280
gram dengan % produk sebesar 37,33%.
Fungsi perlakuan diantaranya pemerasan
dilakukan untuk memisahkan santan dengan ampas kelapa. Pengendapan dilakukan
untuk memisahkan skim. Penambahan asam asetat glasial dilakukan untuk membuat
suasana menjadi asam dan mempermudah dalam pemisahan antara air dan minyak,
serta mempersingkat waktu pemasakan. Pemanasan dilakukan untuk mendapatkan
minyak kelapa dan pemisahan dilakukan utuk memisahkan minyak kelapa dengan
bahan selain minyak.
Fungsi bahan diantaranya krim kelapa
untuk membuat minyak modern, bubur santan untuk membuat minyak tradisional,
asam asetat glasial untuk membuat suasana menjadi asam dan mempermudah dalam
pemisahan antara air dan minyak, serta mempersingkat waktu pemasakan.
Berdasarkan cara pembuatan, Ir. Winarno, alumnus Teknologi
Pangan dari Institut Pertanian Bogor, menyebutkan setidaknya ada tiga jenis
minyak kelapa diantaranya adalah:
1.
Minyak Kelapa Industri
Minyak ini dibuat dengan bahan baku kopra melalui proses RBC
(refining, bleaching and deodorizing). Setelah kopra dipres, dibersihkan,
diputihkan, lalu dihilangkan bau tengiknya. Minyak kelapa yang dijual untuk
memasak kerap dicampur dengan minyak sayur lain, sehingga harganya cukup murah.
2.
Minyak Kelapa Kelentik
Minyak ini dibuat dengan cara tradisional oleh para petani
kelapa atau ibu rumah tangga. Caranya, dengan memasak santan kelapa hingga
minyak terpisah dari blondo (karamel). Kerapkali minyak ini berwarna kuning
sampai kecokelatan, akibat terkontaminasi karamel yang gosong.
3.
Minyak
Kelapa Murni atau Virgin Coconut Oil
(VCO)
Minyak ini merupakan minyak kelapa yang tidak mengalami
proses hidrogenasi. Agar tidak mengalami hidrogenasi, ekstrasi minyak ini
dilakukan dengan proses dingin, misalnya dengan fermentasi, pancingan,
sentrifugasi, pemanasan terkendali, pengeringan parutan kelapa secara cepat,
dan lain-lain.
4. Minyak Kelapa Organik Ekstra
Meski Ir. Winarno tidak menyebutkan satu jenis VCO yang
terakhir ini, ada satu produk minyak kelapa yang disebut organik ekstra mengandung
MCT atau Medium Chain Triglyserides. Ini merupakan hasil pengolahan
lebih lanjut dari VCO berkualitas baik melalui proses esterifikasi gliserol
yang diturunkan dari minyak nabati berkadar laurat tinggi dengan asam lemak
rantai sedang. Cara paling sederhana membedakan organik ekstra VCO mengandung
MCT dengan VCO lain adalah dengan merasakannya. Bila VCO biasa masih terasa
sebagai minyak di lidah, MINYAK MCT terasa seperti air (Anonim, 2010).
Proses pembuatan minyak awalnya dilakukan
pemerasan dimana santan dan ampas akan terpisahkan. Santan yang diperoleh dari
hasil pemerasan daging kelapa dengan penambahan air panas mengandung minyak
yang lebih banyak bila dibandingakan dengan penambahan air dingin. Hal ini
disebabkan karena pengikatan globula lemak oleh air panas lebih besar bila
dibandingkan dengan pengikatan oleh air
dingin, sehingga kandungan lemak yang terbuang dalam ampas sedikit. Lapisan yang digunakan untuk pembuatan
minyak yaitu lapisan atas (krim) yang telah dipisahkan dari skim. Krim yang
terpisahkan merupakan emulsi minyak dalam air dan harus dipisahkan untuk
mendapatkan minyak yang diinginkan. Dalam industri kecil pemisahan minyak
tersebut umumnya dilakukan dengan pemanasan santan sampai semua air menguap.
Minyak dan protein (galendo) yang diperoleh berwarna kecoklatan dan minyak menjadi
mudah tengik.
Krim yang diperoleh kemudian dipanaskan
pada suhu 90-100’C, selama + 20
menit. Pemanasan ini bertujuan untuk menguapkan semua air yang terkandung dalam
krim, sehingga diperoleh campuran minyak dan protein yang menggumpal (galendo).
Setelah proses pemanasan, kemudian
dilanjutkan dengan proses ekstraksi yang
tujuannya untuk memisahkan minyak dari protein. Pemisahan ini harus dilakukan
dengan teliti dan hati-hati, agar diperoleh minyak yang jernih dan sudah tidak
bercampur dengan protein (galendo). Minyak yang dihasilkan harus mempunyai
warna yang jernih. Bila warna minyak tidak jernih, hal ini mungkin disebabkan
oleh adanya zat warna dan kotoran-kotoran lainya. Warna coklat pada minyak
kelapa yang mengandung protein dan karbohidrat, dapat pula disebabkan oleh
reaksi pencoklatan antara karbonil yang berasal dari pemecahan peroksida dengan
asam amino dari protein.
Aroma dan flavor pada minyak yang
dihasilkan, selain terdapat secara alami, juga terjadi karena pembentukkan
asam-asam yang berantai sangat pendek sebagai hasil penguraian pada kerusakan
minyak atau lemak. Akan tetapi pada umumnya aroma dan flavor ini disebabkan
oleh komponen bukan minyak, bau yang khas dari minyak kelapa ditimbulkan oleh
nonil metal keton. Aroma yang baik untuk
minyak kelapa adalah yang khas minyak kelapa yang dapat diketahui dengan mencium minyak kelapa.
Proses pembuatan minyak secara umum terbagi
menjadi 3 macam yaitu:
1. Cara kering, Metode pembuatan minyak kelapa dengan cara kering,
terlebih dahulu daging buah kelapa dibuat dalam bentuk kopra. Untuk
dibuat dalam bentuk kopra, maka daging buah kelapa dibuat menjadi kering dengan
jalan menjemur pada terik matahari atau dikeringkan melalui oven. Pengeringan
daging kelapa dengan penjemuran sangat tergantung pada kondisi cuaca, sehingga
pengeringan akan lebih baik ketika berada pada musim panas. Dan apabila
pengeringan dilakukan pada musim penghujan, proses pengeringan dapat memakan
waktu yang lebih lama. Waktu yang lama dalam proses pengeringan akan
sangat mengganggu kualitas kopra yang dihasilkan yang disebabkan karena adanya
proses biologis. Untuk proses pengeringan dengan menggunakan oven akan lebih
cepat dibandingankan dengan cara pengeringan melalui penjemuran pada sinar
matahari. Pengeringan dengan menggunakan oven akan memakan biaya
operasional yang lebih besar. Adapun langkah-langkah pembuatan minyak kelapa
dengan cara kering adalah sebagai berikut :
1.
Kopra dicacah, kemudian dihaluskan
menjadi serbuk kasar.
2. Serbuk kopra dipanaskan,
kemudian dipres sehingga mengeluarkan minyak. Ampas yang dihasilkan masih
mengandung minyak. Ampas digiling sampai halus, kemudian dipanaskan dan dipres
untuk mengeluarkan minyaknya.
3. Minyak yang terkumpul
diendapkan dan disaring.
4. Minyak hasil penyaringan diberi perlakuan
berikut:
• Penambahan senyawa alkali (KOH atau NaOH) untuk netralisasi (menghilangkan asam lemak bebas).
• Penambahan bahan penyerap (absorben) warna, biasanya menggunakan arang aktif agar dihasilkan minyak yang jernih dan bening.
• Pengaliran uap air panas ke dalam minyak untuk menguapkan dan menghilangkan senyawa-senyawa yang menyebabkan bau yang tidak dikehendaki.
• Penambahan senyawa alkali (KOH atau NaOH) untuk netralisasi (menghilangkan asam lemak bebas).
• Penambahan bahan penyerap (absorben) warna, biasanya menggunakan arang aktif agar dihasilkan minyak yang jernih dan bening.
• Pengaliran uap air panas ke dalam minyak untuk menguapkan dan menghilangkan senyawa-senyawa yang menyebabkan bau yang tidak dikehendaki.
5. Minyak
yang telah bersih, jernih, dan tidak berbau dikemas di dalam kotak kaleng,
botol plastik atau botol kaca.
2. Cara basah yang terbagi atas beberapa
metode diantaranya adalah pemancingan, pengasaman, mekanik, enzimatk dan
penggaraman.
3. Cara ekstraksi Pelarut, Untuk membuat minyak dengan cara ekstraksi pelarut, daging buah kelapa juga dibuat dalam bentuk kopra. Prinsip dari cara ini yaitu menggunakan pelarut yang dapat melarutkan minyak. Adapun karakteristik pelarut yang digunakan untuk ekstraksi minyak kelapa diantaranya bertitik didih rendah, mudah menguap, tidak berinteraksi secara kimia dengan minyak dan residunya tidak beracun. Urutan dari proses ekstraksi minyak kelapa dengan menggunakan bahan pelarut yaitu:
3. Cara ekstraksi Pelarut, Untuk membuat minyak dengan cara ekstraksi pelarut, daging buah kelapa juga dibuat dalam bentuk kopra. Prinsip dari cara ini yaitu menggunakan pelarut yang dapat melarutkan minyak. Adapun karakteristik pelarut yang digunakan untuk ekstraksi minyak kelapa diantaranya bertitik didih rendah, mudah menguap, tidak berinteraksi secara kimia dengan minyak dan residunya tidak beracun. Urutan dari proses ekstraksi minyak kelapa dengan menggunakan bahan pelarut yaitu:
1. Kopra dicacah, kemudian
dihaluskan menjadi serbuk.
2. Serbuk kopra ditempatkan pada ruang
ekstraksi, sedangkan pelarut pada ruang penguapan. Kemudian pelarut dipanaskan
sampai menguap. Uap pelarut akan naik ke ruang kondensasi. Kondensat (uap
pelarut yang mencair) akan mengalir ke ruang ekstraksi dan melarutkan lemak
serbuk kopra. Jika ruang ekstraksi telah penuh dengan pelarut, pelarut yang
mengandung minyak akan mengalir (jatuh) dengan sendirinya menuju ruang
penguapan semula.
3. Di ruang penguapan, pelarut yang
mengandung minyak akan menguap, sedangkan minyak tetap berada di ruang
penguapan. Proses berlangsung terus menerus sampai 3 jam.
4. Pelarut yang mengandung minyak diuapkan.
Uap yang terkondensasi pada kondensat tidak dikembalikan lagi ke ruang
penguapan, tapi dialirkan ke tempat penampungan pelarut. Pelarut ini dapat
digunakan lagi untuk ekstraksi. penguapan ini dilakukan sampai diperkirakan
tidak ada lagi residu pelarut pada minyak.
5. Selanjutnya, minyak dapat diberi
perlakuan netralisasi, pemutihan dan penghilangan bau. Meskipun cara ini cukup
sederhana, tapi jarang digunakan karena biayanya relatif mahal (Anonim, 2012).
CCP pada proses pembuatan minyak kelapa diantaranya pemerasan harus
dilakukan dengan menggunakan air yang bersih dan tidak tercemar. Kemudian
penambahan asam asetat galsian harus dilakukan sesuai prosedur dalam jumlah
yang ditentukan agar hasilnya optimal. Pemanasan minyak harus dilakukan pada
suhu yang telah ditentukan dan penyaringan harus dilakukan secepat mungkin agar
minyak tidak mengalami oksidasi.
0 komentar:
Posting Komentar