REAKSI-REAKSI
KIMIA
ERNALIA
ROSITA
133020175
Jurusan
Teknologi Pangan, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan
ABSTRAK
Reaksi merupakan salah satu cara untuk
mengetahui sifat-sifat kimia dari satu atau berbagai jenis zat. Perubahan kimia
disebut juga reaksi kimia. Ada beberapa hal yang menandai terjadinya reaksi
kimia, diantaranya terjadi perubahan warna, bau, suhu, timbulnya gas dan
endapan. Reaksi kimia ada yang berlangsung cepat, ada pula yang berlangsung
lambang. Reaksi kimia yang berlangsung cepat misalnya meledaknya bom dan
terbakarnya bensin sedangkan yang berlangsung lambat misalnya besi berkarat. Tujuan
percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari jenis dan sifat (sifat
kimia atau fisika) dari zat yang direaksikan, serta untuk mencari rumus senyawa
dengan cara mereaksikan dua buah zat atau lebih yang dibuktikan adanya
perubahan warna, bau, suhu, timbulnya gas dan endapan. Prinsip dari percobaan
ini adalah berdasarkan penggabungan molekul terbagi menjadi dua bagian atau
lebih. Molekul yang kecil atau atom-atom dalam molekul. Reaksi kimia selalu
melibatkan terbentuk dan terputusnya ikatan kimia. Berdasarkan Hukum Kekekalan
Massa yang dikemukakan oleh Lavoisier: “Massa zat sebelum dan sesudah reaksi
adalah sama” dan berdasarkan Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust): “Dalam
setiap persenyawaan perbandingan massa unsur-unsur selalu tetap”. Berdasarkan
Bronsted Lowry: “Asam sebagai setiap zat sembarang yang menyumbang proton dan
basa sebagai setiap zat sembarang yang menerima proton”.
Key words: Reaksi Kimia, Hukum
Kekekalan Massa, Hukum Perbandingan Tetap, Bronsted Lowry.
PENDAHULUAN
Reaksi
merupakan salah satu cara untuk mengetahui sifat-sifat kimia dari satu atau
berbagai jenis zat. Perubahan kimia disebut juga reaksi kimia. Ada beberapa hal
yang menandai terjadinya reaksi kimia, diantaranya terjadi perubahan warna,
bau, suhu, timbulnya gas dan endapan. Reaksi kimia ada yang berlangsung cepat,
ada pula yang berlangsung lambang. Reaksi kimia yang berlangsung cepat misalnya
meledaknya bom dan terbakarnya bensin sedangkan yang berlangsung lambat
misalnya besi berkarat.
Tujuan
percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari jenis dan sifat (sifat
kimia atau fisika) dari zat yang direaksikan, serta untuk mencari rumus senyawa
dengan cara mereaksikan dua buah zat atau lebih yang dibuktikan adanya
perubahan warna, bau, suhu, timbulnya gas dan endapan.
Prinsip
dari percobaan ini adalah berdasarkan penggabungan molekul terbagi menjadi dua
bagian atau lebih. Molekul yang kecil atau atom-atom dalam molekul. Reaksi
kimia selalu melibatkan terbentuk dan terputusnya ikatan kimia. Berdasarkan Hukum
Kekekalan Massa yang dikemukakan oleh Lavoisier: “Massa zat sebelum dan sesudah
reaksi adalah sama” dan berdasarkan Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust):
“Dalam setiap persenyawaan perbandingan massa unsur-unsur selalu tetap”.
Berdasarkan Bronsted Lowry: “Asam sebagai setiap zat sembarang yang menyumbang
proton dan basa sebagai setiap zat sembarang yang menerima proton”.
METODOLOGI
Bahan dan Alat
Bahan
yang digunakan dalam percobaan reaksi kimia ini adalah: NaOH 0,05 M, 0,1 M dan
1 M, CH3COOH 0,05 M, HCl 0,1 M, K2CrO4 0,1 M,
Al2(SO4)3 0,1 M, NH4OH 2 M, ZnSO4
0,1 M, (NH4)2SO4, Pb(NO3)2
0,1 M, NaCl 0,1 M dan 0,5 M, NH4OH 1 M, AgNO3 0,1 M, BaCl2
0,1 M, K2Cr2O7 0,1 M, CaCO3, Ba(OH)2,
H2C2O4, H2SO4, KMnO4
0,05 M, Larutan Fe2+ dan Fe3+, CuSO4 0,05 M,
KSCN 0,1 M, Na3PO4,
indikator phenolphthalein, indikator metil merah, dan kertas lakmus
merah. Sedangkan alat-alat yang digunakan untuk melakukan percobaan reaksi
kimia adalah tabung reaksi, pipet, rak tabung, pipa U, penjepit tabung reaksi,
dan pembakar bunsen.
Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum
reaksi-reaksi kimia diperoleh bahwa larutan NaOH jika ditambah phenolphthalein (PP) menjadi
warna merah muda dan jika ditambah Metil Merah (MM) menjadi warna kuning.
Larutan HCl dan CH3COOH jika
ditambah phenolphthalein
(PP) menjadi warna bening dan jika ditambah Metil Merah (MM)
menjadi warna merah muda. Larutan NaOH(pp) ditambah HCl(pp)
dengan reaksi NaOH(pp) + HCl(pp) → NaCl + H2O
menjadi warna bening sedangkan jika NaOH(mm) ditambah HCl(mm) dengan
reaksi NaOH(mm) + HCl(mm) → NaCl + H2O menjadi warna merah,
larutan NaOH(pp) ditambah CH3COOH(pp) dengan
reaksi NaOH(pp) + CH3COOH(pp → CH3COONa
+ H2O menjadi warna kuning sedangkan NaOH(mm) ditambah CH3COOH(mm)
dengan reaksi NaOH(mm) + CH3COOH(mm) →
CH3COONa + H2O menjadi warna merah. Larutan
K2CrO4 ditambah HCl dengan reaksi K2CrO4 +
HCl → 2KCl + H2CrO4 menjadi warna kuning keemasan
sedangkan jika K2CrO4 ditambah NaOH dengan reaksi K2CrO4
+ NaOH → 2KOH + Na2CrO4 menjadi warna kuning cerah.
Larutan K2Cr2O7 ditambah HCl dengan reaksi K2Cr2O7
+ HCl → 2KCl + H2Cr2O7 menjadi warna
kuning keemasan sedangkan jika K2Cr2O7 ditambah
NaOH dengan reaksi K2Cr2O7 + NaOH → 2KOH + Na2Cr2O7
menjadi warna kuning cerah. Larutan Al2(SO4)3 ditambah
NaOH dengan reaksi Al2(SO4)3+NaOH → 2Al(OH)3 + 3Na2SO4
menjadi warna putih
keruh. Larutan Al2(SO4)3 + NaOH ditambah NH4OH
dengan reaksi Al2(SO4)3 +
NaOH + 6NH4OH
→ 3(NH4)2OH + 2Al(OH)3
+ NaOH menjadi warna putih keruh dan ada endapan putih. Larutan ZnSO4
ditambah NaOH dengan reaksi ZnSO4 + NaOH →
Zn(OH)2 + Na2SO4 menjadi warna putih keruh
sedangkan jika ZnSO4 + NaOH ditambah NH4OH dengan reaksi
ZnSO4 + NaOH + 2NH4OH → (NH4)2SO4
+ Zn(OH)2 + NaOH menjadi warna putih keruh dan ada
endapan putih. Larutan (NH4)2SO4 + NaOH pada
tabung pertama dengan reaksi (NH4)2SO4 + 2NaOH → NH3
+ H2O + Na2SO4 dan juga lakmus
merah di tabung kedua hasilnya lakmus di tabung kedua berubah menjadi lakmus
biru dan larutan tetap bening. Larutan Pb(NO3)2 ditambah
NaCl dengan Pb(NO3)2 + 2NaCl → PbCl2 + 2Na2NO3
menjadi warna bening dan bergelembung. Larutan NaCl ditambah AgNO3 dengan reaksi NaCl + AgNO3 → AgCl + NaNO3 menjadi warna
putih dan ada endapan putih. Larutan BaCl2 ditambah K2CrO4 dengan reaksi BaCl2 + K2CrO4
→ BaCrO4 + 2KCl menjadi warna kuning susu. Larutan BaCl2
ditambah K2Cr2O7 dengan reaksi BaCl2
+ K2CrO7 → BaCr2O7
+ 2KCl menjadi warna kuning tua dan ada endapan. Serbuk CaCO3 ditambah
HCl di tabung pertama dan Ba(OH)2 di tabung kedua dengan persamaan
reaksi CaCO3 + 2HCl + Ba(OH)2 → Ca(OH)2 + BaCl2
+ H2CO3 menjadi panas dan terdapat gelembung
gas. Larutan H2C2O4 + H2SO4 ditambah
KMnO4 dengan reaksi H2C2O4 + H2SO4
+ KMnO4 → K2C2O4
+ HMnO4 menjadi warna bening. Larutan Fe2+ + H2SO4
ditambah KMnO4 dengan reaksi Fe2+ + H2SO4
+ KMnO4 → Fe2+
+ K2SO4 + HMnO4 menjadi warna orange. Larutan CuSO4
ditambah NaOH dengan reaksi CuSO4 + NaOH → Cu(OH)2 + Na2SO4 menjadi
warna biru dan ada endapan berwarna hijau lumut. Larutan CuSO4
ditambah NH4OH dengan reaksi CuSO4 + NH4OH →
Cu(OH)2 + (NH4)2SO4 menjadi
warna bening dan ada endapan biru. Terakhir, larutan Fe3+ ditambah
KSCN dengan reaksi Fe3+ + KSCN → Fe(SCN)3 + K+
menjadi warna merah darah sedangkan jika Fe3+ + KSCN + Na3PO4
→ FePO4 + NaSCN + K+ menjadi warna coklat.
Dari hasil percobaan diatas,
larutan 1, 2, 3, 4, 5, 9 dapat dikelompokan sebagai reaksi asam-basa, larutan
6, 7, 8, 11, 12, 13, 18, 19 dikelompokan sebagai reaksi pengendapan. Reaksi
pembentukan gas terdapat pada nomor 10 dan 15. Reaksi kompleksometri terdapat pada nomor 4, 5, 6,
7, 8, 10, 11, 12, dan 13. Reaksi pertukaran ganda terdapat pada nomor 4, 5, 6,
dan 7. Reaksi redoks terdapat pada nomor 10, 11, 12, 15, 16, 18, dan 19. Reaksi
sintesis terdapat pada nomor 12 sampai 20.
Reaksi
kimia merupakan salah satu cara untuk mengetahui sifat-sifat kimia dari suatu
zat. Reaksi kimia terdiri dari berbagai jenis, diantaranya:
1.
Sintesis
Dalam reaksi kombinasi langsung atau sintesis, dua atau
lebih senyawa sederhana bergabung membentuk senyawa baru yang lebih kompleks.
Dua reaktan atau lebih yang bereaksi menghasilkan satu produk juga merupakan
salah satu cara untuk mengetahui kalau itu reaksi sintesis. Contoh dari reaksi
ini adalah gas hidrogen bergabung dengan gas oksigen yang hasilnya adalah air :
2 H2
+ O2 → 2 H2O
2.
Dekomposisi
Reaksi dekomposisi
atau analisis adalah kebalikan dari reaksi sintesis. Sebuah senyawa
yang lebih kompleks akan dipecah menjadi senyawa yang lebih sederhana.
Contohnya adalah molekul air yang dipecah menjadi gas oksigen dan gas hidrogen,
dengan persamaan reaksi:
3.
Penggantian Tunggal
Dalam reaksi penggantian tunggal atau substitusi sebuah elemen
tunggal menggantikan elemen tunggal lainnya di suatu senyawa. Contohnya adalah
logam natrium yang bereaksi dengan asam klorida akan menghasilkan natrium klorida atau
garam dapur, dengan persamaaan reaksi:
4.
Penggantian Ganda
Dalam reaksi penggantian ganda, dua senyawa saling
berganti ion atau
ikatan untuk membentuk senyawa baru yang berbeda. Hal ini terjadi ketika
kation dan anion dari 2 senyawa yang berbeda saling berpindah tempat, dan
membentuk 2 senyawa baru.
Contoh dari reaksi penggantian ganda adalah timbal(II)
nitrat bereaksi dengan kalium iodida untuk membentuk timbal(II) iodida dan
kalium nitrat, dengan persamaan reaksi:
Pb(NO3)2 + 2 KI → PbI2 + 2 KNO3
5.
Oksidasi dan Reduksi
(Redoks)
Reaksi redoks dapat
dipahami sebagai transfer elektron dari salah satu senyawa (disebut reduktor) ke senyawa
lainnya (disebut oksidator). Contoh reaksi redoks adalah:
S2O32−(aq) + I2(aq) → S4O62−(aq)
+ 2 I−(aq)
6.
Reaksi Asam-Basa
(Netralisasi)
Reaksi
asam basa adalah reaksi yang mendonorkan proton dari sebuah molekul asam ke
molekul basa. Disini asam berperan sebagao akseptor proton. Reaksi asam basa,
HA: asam, B: Basa, A–: basa konjugasi, HB+: asam konjugasi.
Contohnya:
HCl + H2O → H3O+
+ Cl-
7. Reaksi Pengendapan
Reaksi
pengendapan adalah reaksi antara zat-zat atau ion logam yang sukar larut dalam
air, sehingga terbentuklah endapan.
Contohnya
pada reaksi antara AgNO3 dengan NaCl menyebabkan semua ion pemisah tidak
dihilangkan. Endapan hasil reaksi disebut juga presipitat.
NaCl
+ AgNO3 à AgCl + NaNO3
Adapun tanda-tanda terjadinya
reaksi kimia. Tanda-tanda atau indikator terjadinya reaksi kimia adalah sebagai
berikut:
1. Terjadinya perubahan suhu atau
perubahan panas.
Reaksi kimia terkadang ditandai
dengan adanya perubahan suhu. Suhu yang terjadi bisa menjadi lebih tinggi atau
lebih rendah. Reaksi kimia yang disertai dengan kenaikan suhu disebut eksoterm
sedangkan reaksi kimia yang disertai penurunan suhu disebut endoterm.
2. Terjadinya perubahan warna
Reaksi kimia terkadang ditandai
dengan perubahan warna. Perubahan warna bsa diamati secara langsung dengan
mudah.
3. Terbentuknya endapan
Reaksi kimia terkadang ditandai
dengan pembentukan endapan. Seperti halnya perubahan warna, pembentukan endapan
dapat diamati secara langsung dengan mudah.
4. Terbentuknya gas
Pembentukan gas biasanya
menunjukan bahwa reaksi sedang berlangsung. Reaksi pembentukan gas ditandai
dengan adanya gelembung-gelembung udara, atau bau yang tercium ataupun tampak
asap keluar dari sebuah reaksi dan mengembangnya suatu reaktan.
Pada
saat mengamati reaksi kimia yang terjadi pada suatu zat, praktikan dianjurkan
untuk mengetahui hal-hal yang dapat mempengaruhi laju reaksi. Berikut adalah
hal-hal yang mempengaruhi laju reaksi:
1. Luas
Permukaan
Luas
permukaan dalam reaksi kimia adalah luas permukaan zat-zat pereaksi yang
bersentuhan untuk menghasilkan reaksi. Dalam reaksi kimia, tidak
semua luas permukaan zat yang bereaksi dapat
bersentuhan hingga terjadi reaksi, hal ini bergantung pada bentuk partikel
zat-zat yang bereaksi. Suatu reaksi dapat saja melibatkan pereaksi dalam
bentuk padatan. Luas permukaan zat ini akan berkaitan dengan bidang sentuh zat
tersebut.
2.
Konsentrasi Larutan
Jika
konsentrasi suatu larutan makin besar, larutan akan mengandung jumlah partikel
semakin banyak sehingga partikel-partikel tersebut akan tersusun lebih rapat
dibandingkan larutan yang konsentrasinya lebih rendah. Susunan partikel yang
lebih rapat memungkinkan terjadinya tumbukan semakin banyak dan kemungkinan
terjadi reaksi lebih besar. Makin besar konsentrasi zat, makin cepat laju
reaksinya.
3. Suhu
Partikel-partikel
dalam zat selalu bergerak. Jika suhu zat dinaikkan, maka energi kinetik
partikel-partikel akan bertambah sehingga tumbukan antar partikel akan
mempunyai energi yang cukup untuk melampaui energi pengaktifan. Hal ini akan
menyebabkan lebih banyak terjadi tumbukan yang efektif dan menghasilkan reaksi.
Di samping memperbesar energi kinetik, ternyata peningkatan suhu juga
meningkatkan energi potensial suatu zat. Dengan semakin besarnya energi
potensial zat, maka semakin besar terjadinya tumbukan yang efektif, sehingga
laju reaksi semakin cepat.
4.
Katalis
Katalis adalah zat yang pada umumnya
ditambahkan dalam ke dalam suatu sistem reaksi untuk mempercepat reaksi. Pada
akhir reaksi, katalis diperoleh kembali dalam bentuk zat semula. Katalis
bekerja dengan cara turut terlibat dalam setiap tahap reaksi, tetapi pada akhir
tahap, katalis terbentuk kembali. Jika suatu campuran zat tidak dapat bereaksi,
penambahan katalis pun tidak akan membuat reaksi terjadi. Dengan kata lain,
katalis tidak dapat memicu reaksi, tetapi hanya membantu reaksi yang
berlangsung lambat menjadi lebih cepat. Katalis bekerja secara khusus. Artinya,
tidak semua reaksi dapat dipercepat dengan satu macam katalis. Dengan kata
lain, katalis bekerja hanya pada satu atau dua macam reaksi, tetapi untuk
reaksi yang lain tidak dapat digunakan.
Ada beberapa faktor kesalahan yang dapat terjadi pada
saat percobaan dalam praktikum berlangsung. Faktor-faktor kesalahan yang dapat
terjadi pada saat praktikum berlangsung diantaranya:
1.
Faktor Ketelitian
Kesalahan yang sering terjadi pada saat melakukan
percobaan adalah kekurang telitian praktikan dalam mengamati reaksi kimia yang
terjadi pada zat yang direaksikan seperti terbentuknya gas, endapan atau
perubahan suhu dan warna. praktikan harus lebih teliti dalam melakukan
pengamatan agar tidak terjadi kesalahan pada hasil pengamatan.
2.
Faktor Kebersihan
Kebersihan
alat-alat yang digunakan pada saat praktikum dapat mempengaruhi hasil
pengamatan dari zat yang sedang diamati. Alat-alat yang kurang bersih dapat
mempengaruhi atau merubah reaksi yang sedang dilakukan. Oleh sebab itu,
praktikan harus memastikan bahwa alat-alat yang dipakai pada saat praktikum
sudah benar-benar bersih.
3.
Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan seperti
tinggi rendahnya suhu ruangan dapat mempengaruhi proses reaksi kimia. Oleh
sebab itu, praktikan harus melakukan pengamatan di tempat dengan suhu yang pas
agar pengamatan yang dilakukan berjalan dengan lancar tanpa kesalahan.
Dalam pengamatan reaksi asam dan
basa, digunakan indikator phenolphthalein atau biasa disebut PP dan metil merah
atau MM. Indikator phenolphthalein adalah indikator yang digunakan untuk
mengetahui konsentrasi asam atau basa yang tidak diketahui berdasarkan reaksi
dengan asam atau basa yang telah diketahui konsentrasinya. Indikator
phenolphthalein mempunyai sifat: jika diteteskan pada larutan asam, larutan
tidak akan menghasilkan perubahan warna (larutan tetap jernih), sebaliknya,
jika diteteskan pada larutan basa, larutan akan berubah warna menjadi warna
merah muda. Indikator metil merah atau MM adalah senyawa organik yang memiliki
rumus kimia C15H15N3O2 yang banyak
dipakai pada titrasi asam basa. Indikator ini mempunyai sifat: jika dalam
lingkungan asam akan berwarna merah, sedangkan jika dalam lingkungan basa akan
berwarna kuning.
Aplikasi di bidang
pangan dari reaksi-reaksi kimia adalah pada fermentasi tempe, proses
pengendapan tahu, pembakaran gula/glukosa, fotosintesis pada tumbuhan untuk
menghasilkan oksigen dan glukosa, proses pembuatan garam, proses respirasi dan
inspirasi, proses pembuatan kecap, dll.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dari reaksi kimia dapat
disimpulkan bahwa apabila suatu zat direaksikan dengan zat lain, maka akan
diperoleh zat baru dengan ciri-ciri perubahan warna, suhu, timbulnya endapan
dan munculnya gas dan bau. Untuk meminimalisir tingkat kesalahan dan perbedaan
mengenai hasil, praktikan harus lebih teliti dalam melakukan percobaan.
0 komentar:
Posting Komentar