KONSEP ANALISIS KUANTITATIF DAN
PENGUKURAN PH
ERNALIA
ROSITA
133020175
Jurusan
Teknologi Pangan, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan
ABSTRAK
Titrasi
merupakan suatu metode yang bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu larutan
dengan konsentrasi yang telah diketahui agar tepat habis bereaksi dengan
sejumlah larutan yang dianalisis atau ingin diketahui kadarnya atau konsentrasinya.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan pH larutan, membuat dan
membakukan larutan, menentukan konsentrasi dan dapat memilih indikator yang
tepat pada larutan untuk titrasi sesuai pH indikator dari larutan tersebut.
Prinsip dari percobaan ini adalah berdasarkan metode Asidimetri dan
Alkalimetri, dimana pereaksi standar bereaksi dengan larutan yang diuji dengan
dibantu oleh indikator sebagai penunjuk TAT (Titik Akhir Titrasi) sehingga
bereaksi secara kuantitatif. Berdasarkan teori Arrhenius (1884), bahwa apabila
suatu elektron melarut, sebagian dari elektrolit ini terurai menjadi partikel
positif dan partikel negatif yang disebut ion.
Keywords: Titrasi, indikator
pH, Asidimetri, Alkalimetri, teori Arrhenius.
PENDAHULUAN
Titrasi merupakan suatu metode
yang bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang
telah diketahui agar tepat habis bereaksi dengan sejumlah larutan yang
dianalisis atau ingin diketahui kadarnya atau konsentrasinya. Suatu zat yang
akan ditentukan konsentrasinya disebut titran dan biasanya diletakkan di dalam
labu Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut
sebagai titer atau titrat dan biasanya diletakkan di dalam buret. Baik titer
maupun titran biasanya berupa larutan.
Pada titik ekivalen, jumlah yang
dititrasi ekivalen dengan jumlah basa yang dipakai. Untuk menentukan titik
ekivalen ini biasanya dipakai suatu indikator asam basa yaitu suatu zat yang
dapat berubah warnanya tergantung pH larutan. Macam indikator, jika pada suatu
titrasi dengan indikator tertentu timbul perubahan warna, maka titik akhir
tercapai. Jadi titik akhir titrasi adalah saat timbulnya perubahan warna
indikator yang dipakai, Titik Akhir Titrasi tidak selalu berimpit dengan titik
ekivalen dan selisihnya disebut kesalahan titrasi.
Tujuan
dari percobaan ini adalah untuk menentukan pH larutan, membuat dan membakukan
larutan, menentukan konsentrasi dan dapat memilih indikator yang tepat pada
larutan untuk titrasi sesuai pH indikator dari larutan tersebut.
Prinsip
dari percobaan ini adalah berdasarkan metode Asidimetri dan Alkalimetri, dimana
pereaksi standar bereaksi dengan larutan yang diuji dengan dibantu oleh
indikator sebagai penunjuk TAT (Titik Akhir Titrasi) sehingga bereaksi secara
kuantitatif. Berdasarkan teori Arrhenius (1884), bahwa apabila suatu elektron
melarut, sebagian dari elektrolit ini terurai menjadi partikel positif dan
partikel negatif yang disebut ion.
METODOLOGI
Bahan dan Alat
Bahan
yang digunakan pada percobaan konsep analisis kuantitatif dan pengukuran adalah
HCl, Na2B4O7 . 10H2O 0.05 M, NaOH,
CH3COOHA, CH3COOHB, dan H2C2O4
0.1 M. Sedangkan alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah pH
meter, gelas kimia, indikator universal, kertas lakmus, labu ukur, klem,
statif, buret dan labu Erlenmeyer.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan didapatkan hasil
sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pengukuran pH
dengan Berbagai Indikator
Sampel
|
Lakmus
|
Indikator Universal
|
pH Meter
|
|
Merah
|
Biru
|
|||
A
|
Merah
|
Merah
|
2
|
2,08
|
B
|
Merah
|
Merah
|
5
|
3,08
|
C
|
Biru
|
Biru
|
11
|
12,70
|
(Sumber:
Ernalia Rosita, 133020175, Meja 11, Kelompok G, 2013)
Tabel 2. Hasil Pengamatan Asidimetri
dan Alkalimetri
Percobaan
|
Hasil Kuantitatif
|
Asidimetri
|
V1 NaOH = 11,9 ml
V2 NaOH =
12,3 ml
V rata-rata NaOH = 12,1 ml
V H2C2O4 = 25 ml
N H2C2O4 = 0,05 N
N NaOH = 0,103 N
|
V1 NaOH = 24,9 ml
V2 NaOH = 25,1 ml
V rata-rata NaOH = 25 ml
V HCl = 25 ml
N NaOH = 0,103 N
N HCl = 0,103 N
|
|
V1 NaOH = 11,2 ml
V CH3COOH = 25 ml
N NaOH = 0,103 N
% Cuka = 2,76 %
|
|
Alkalimetri
|
V1 HCl = 8,4 ml
V2 HCl = 8,4 ml
2
V1 Na2B4O7 = 25 ml
V2 Na2B4O7 = 25 ml
2
N Na2B4O7 = 0,05 N
V HCl 8,4 ml
|
V1 HCl = 24,8 ml
V2 HCl = 25,1 ml
V rata-rata HCl = 24,8 ml + 25,1 ml = 24,95 ml
V1 NaOH = 25 ml
V2 NaOH = 25
ml
2
N HCl = 0,15 N
V HCl x N HCl = V NaOH x N NaOH
24,95 ml x 0,15 N = 25 ml x N NaOH
25
N NaOH = 0,15 N
|
|
V NaOH = 7,3 ml
V1 CH3COOHA = 25 ml
V2 CH3COOHA = 25 ml
2
N NaOH = 0,15 N
V NaOH x N NaOH =
V CH3COOHA x
N CH3COOHA
7,3 ml x 0,15 N = 25 ml x N CH3COOHA
25
N CH3COOHA = 0,04 N
V
CH3COOHA x 1000
25 x 1000
25000
25000
= 0,10
x 100%
= 10
%
|
(Sumber: Ernalia Rosita, 133020175, Meja 11, Kelompok G,
2013)
B.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil percobaan konsep
analisis kuantitatif dan pengukuran didapatkan hasil pegukuran alkalimetri dan
asidimetri. Pada alkalimetri didapatkan N HCl sebesar 0.15 N, N NaOH sebesar
0.15 N dan persen cuka sebesar 10%. Sedangkan pada asidimetri didapatkan N NaOH
sebesar 0.103 N, N HCl sebesar 0.103
N dan persen cuka sebesar 2,76%.
Kesalahan
yang dapat terjadi pada saat melakukan perngukuran alkalimetri dan asidimetri
adalah kurang bersihnya alat yang digunakan sehingga reaksi yang terjadi kurang
maksimal, kesalahan membaca buret dan praktikan bingung menentukan m iniskus
atas dan miniskus bawah, praktikan juga terkadang lupa memasukkan indikator PP
dan MM, dan kurang telitinya mengeluarkan cairan sehingga warna yang dihasilkan
tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Titrasi
merupakan suatu metode yang bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu larutan
dengan konsentrasi yang telah diketahui agar tepat habis bereaksi dengan
sejumlah larutan yang dianalisis atau ingin diketahui kadar atau
konsentrasinya.
Perbedaan
alkalimetri dan asidimetri yaitu alkalimetri adalah pengukuran konsentrasi basa
dengan menggunakan larutan baku asam sedangkan asidimetri adalah pengukuran
konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku basa.
Perbedaan
TET (Titik Ekuivalen Titrasi) dan TAT (Titik Akhir Titrasi) yaitu TET (Titik
Ekuivalen Titrasi) adalah titik dimana titran ditambahkan tepat bereaksi dengan
seluruh zat yang dititrasi tanpa adanya titran yang tersisa. Sedangkan TAT
(Titik Akhir Titrasi) adalah titik atau keadaan dimana reaksi telah berjalan
dengan sempurna yang biasanya ditandai dengan perubahan warna indikator. Semua
metode titrimetri tergantung pada larutan standar yang mengandung sejumlah
reagen persatuan volume larutan dengan ketetapan yang tinggi. Metode volumetri
diklasifikasikan menjadi titrasi asam-basa, titrasi redoks, titrasi pengendapan
dan titrasi kompleksometri.
Apabila
indikator PP dan MM diganti, penggantian indikator itu akan berpengaruh pada
larutan yang akan diuji karena akan mempengaruhi titik
akhir
titrasi dan titik ekuivalen titrasi oleh karena itu indikator yang dipakai
sebagai penguji harus disesuaikan dengan larutan yang diuji agar mendapatkan
hasil titrasi yang tepat. Fungsi PP dalam percobaan kimia adalah sebagai
indikator asam-basa. PP biasa ditambahkan pada proses titrasi untuk mengetahui
apakah reaksi sudah mencapai titik ekuivalen atau belum. Adapun Metil Merah
adalah senyawa organik yang memiliki rumus kimia C15H15N3O2,
senyawa ini banyak dipakai untuk indikator titrasi asam-basa. Indikator ini
berwarna kuning diatas 6,2. Warna transisinya menghasilkan warna orange.
Tabel
3. Trayek Perubahan Warna dari Berbagai Indikator
Indikator
|
Trayek perubahan warna
|
Perubahan warna
(dari pH rendah ke PH
tinggi)
|
Metil hijau
|
0,2 – 1,8
|
Kuning – Biru
|
Timol hijau
|
1,2 – 2,8
|
Kuning – Biru
|
Metil jingga
|
3,2 – 4,4
|
Merah – Kuning
|
Metil merah
|
4,0 – 5,8
|
Tidak berwarna – Merah
|
Metil ungu
|
4,8 – 5,4
|
Ungu – Hijau
|
Bromkresol ungu
|
5,2 – 6,8
|
Kuning – Ungu
|
Bromtimol biru
|
6,0 – 7,6
|
Kuning – Biru
|
Lakmus
|
4,7 – 8,3
|
Merah – Biru
|
Kresol merah
|
7,0 – 8,8
|
Kuning – Merah
|
Timol biru
|
8,0 – 9,6
|
Kuning – Biru
|
Fenolftalein
|
8,2 – 10,0
|
Tidak berwarna – Merah jambu
|
Timolftalein
|
9,4 – 10,6
|
Tidak berwarna – Biru
|
Alizarin kuning
|
10,3 – 12,0
|
Kuning – Merah
|
Klayton kuning
|
12,2 – 13,2
|
Kuning – Kuning gading
|
Larutan
baku adalah larutan yang dapat dipakai untuk menentukan konsentrasi dari
larutan lain. Dikenalnya adanya dua
macam larutan baku atau zat baku yaitu zat baku primer dan zat baku senkunder.
Zat
baku primer adalah zat yang dipakai langsung untuk menentukan kadar atau
konsentrasi dari larutan lain. Adapun syarat-syarat larutan standar primer
ialah:
1. Mempunyai kemurnian yang tinggi
(100 %)
2. Mempunyai rumus molekul yang
pasti
3. Tidak mengalami perubahan
selama penimbangan
4. Mempunyai berat ekivalen tinggi
sehingga kesalahan penimbangan dapat diabaikan
5. Zat tersebut harus stabil baik
pada suhu kamar ataupun pada waktu dilakukan pemanasan, standar primer biasanya
dikeringkan terlebih dahulu sebelum ditimbang
6. Mudah diperoleh
Zat baku
sekunder adalah bahan yang telah dibakukan sebelumnya oleh baku primer kareana
sifatnya yang tidak stabil, larutan yang konsentrasinya ditentukan dengan
cara pembakuan. Adapun syarat - syarat larutan standar sekunder:
1.
Derajat
kemurniannya lebih rendah dari larutan primer
2.
Berat
ekivalennya tinggi
3.
Larutan
relatif stabil didalam penyimpanan
Miniskus
adalah suatu keadaan dimana larutan berair dalam sebatang buret (atau tabung apapun)
membentuk permukaan cekung atau cembung.
|
Percobaan
atau analisis yang dilakukan secara duplo (pengukuran berulang pada contoh yang
sama) bertujuan untuk meningkatkan ketepatan percobaan.
Berdasarkan
hasil pengamatan pengukuran pH dengan kertas lakmus larutan A berwarna merah
pada lakmus biru, larutan B berwarna merah dari kertas lakmus biru, larutan C
berwarna biru dari kertas lakmus merah,
dengan indikator universal larutan A pH= 2, larutan B pH=5, larutan C pH= 11,
dengan pH meter larutan A pH= 2.08, larutan B pH= 3.08, larutan C pH= 12.70.
Pada
pegukuran pH digunakan tiga sampel, yaitu sampel A, sampel B dan sampel C yang
diuji dengan pH meter, indikator universal dan kertas lakmus. Diketahui bahwa
sampel A merupakan larutan asam, sampel B merupakan larutan garam dan sampel C
merupakan larutan basa. Larutan asam mempunyai nilai pH <7, larutan garam
yang bersifat asam mempunyai pH ≤7, larutan garam yang bersifat basa mempunyai
pH ≥7, sedangkan larutan basa mempunyai nilai pH >7.
Berdasarkan
hasil pengamatan pengukuran pH dengan pH meter, indikator universal dan kertas lakmus
didapatkan hasil bahwa sampel A bernilai 2,08 jika menggunakan pH meter,
bernilai pH 2 dengan indikator universal dan bersifat asam dengan menggunakan
kertas lakmus. pH pada sampel A yang merupakan larutan asam sesuai dengan
literatur yaitu <7. Pada sampel B didapatkan pH 3,08 jika menggunakan pH
meter, pH 5 dengan menggunakan indikator universal dan merupakan larutan asam
dengan kertas lakmus. pH pada sampel B yang merupakan larutan garam kurang
sesuai dengan literatur. Pada sampel C didapatkan pH 12,70 dengan pH meter, pH
11 dengan indikator universal dan bersifat basa dengan menggunakan kertas
lakmus. pH pada sampel C yang merupakan larutan basa sesuai dengan literatur
yaitu >7. Kesalahan pengukuran pH yang dapat terjadi yaitu kurang telitinya
mengamati perubahan warna jika menggunakan kertas lakmus dan kertas indikator,
kurang bersihnya alat penguji pH pada pH meter sehingga sifat yang dihasilkan
kurang sesuai dengan yang seharusnya seperti pada sampel B yang merupakan larutan
garam, ketika diukur pH-nya menggunakan pH meter nilai pH yang didapat tidak
sesuai dengan literatur dan lebih bersifat asam. Kesalahan tersebut biasa
terjadi karena kurang bersihnya alat sehingga setelah melakukan pengukuran pH
dengan menggunakan pH meter, praktikan harus mencucinya terlebih dahulu dengan
aquadest supaya hasil yang didapatkan tepat.
Dalam
percobaan digunakan
pH meter, indikator universal dan kertas lakmus untuk mengukur pH. Dengan menggunakan pH
meter didapatkan hasil pH yang paling teliti karena pH meter dapat langsung
menunjukkan nilai pH-nya secara teliti dengan nominal yang ada di belakang koma.
Kemudian dengan menggunakan indikator
universal yang
memiliki trayek-trayek pH, sehingga dengan menggunakan indikator
universal dapat
menghasilkan pH tetapi tidak terlalu akurat karena hanya terdiri dari 1 satuan
angka. Sedangkan
dengan menggunakan kertas
lakmus terdiri dari 2 warna yaitu merah dan biru, dengan cara ini kita hanya
dapat menentukan sifat asam, basa atau netral tanpa mengetahui pH dari
larutan-larutan yang diuji.
Pengukuran pH dapat menggunakan
kertas lakmus, indikator pH dan pH meter tetapi dari ketiganya yang paling
akurat adalah pH meter karena hasil
yang didapatkan hingga beberapa angka di
belakang koma. Urutan dari yang lebih teliti ke yang
kurang teliti yaitu pH meter,
indikator universal dan kertas
lakmus.
Deionaize water yaitu alat yang berfungsi untuk
mensensitifkan elektroda yang ada di bawahnya. Setelah itu, ujung elektroda
dibilas dengan menggunakan larutan buffer
solution yang berfungsi untuk mempertahankaan, memperkuat, serta
memperjelas pH pada larutan. Buffer
solution terdapat dua macam, yaitu buffer
solution asam dan buffer solution
basa yang digunakan untuk mengukur pH larutan basa. pH universal disebut juga
voltmeter elektronik.
Larutan
buffer atau penyangga adalah suatu
larutan yang mengandung pasangan asam dan basa konjugasi. Larutan semacam itu
menolak perubahan pH yang besar ketika ditambahi ion H+ ata OH- dan ketika
larutan itu diencerkan. Fungsi larutan buffer adalah sebagai penyangga maksudnya untuk menyeimbangkan konsentrasi yang ada
pada larutan.
Larutan buffer terdiri dari dua macam
yaitu larutan buffer asam dan larutan
buffer basa. Larutan buffer asam adalah larutan yang dapat mempertahankan pH pada daerah
asam (pH < 7). Larutan penyangga asam terdiri dari asam lemah (HA) dan basa
konjugasinya (A - ). Larutan ini dapat dibuat dengan mencampurkan
larutan asam lemah dengan garamnya. Larutan
buffer basa adalah larutan yang dapat mempertahankan pH pada daerah
basa (pH > 7). Larutan penyangga basa terdiri dari basa lemah (B) dan asam
konjugasinya (BH + ).
Larutan ini bisa dibuat dengan mencampurkan larutan basa lemah dengan garamnya.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dari percobaan analisis kuantitatif dengan
metode alkalimetri dan asidimetri didapatkan konsentrasi dari larutan NaOH, HCl dan
CH3COOH
serta diketahui
persen cuka dari
sampel yang diamati.
Berdasarkan hasil pengamatan pengukuran pH dapat disimpulkan bahwa sampel
larutan A adalah asam, larutan B adalah larutan
garam yang bersifat asam dan
larutan C adalah basa dengan
menggunakan kertas lakmus, indikator universal dan pH meter.
Untuk mengetahui nilai pH dari suatu larutan dengan teliti dan benar
sebaiknya menggunakan pH meter karena pH meter memiliki tingkat ketelitian yang
lebih tinggi dibandingkan dengan indikator universal dan kertas lakmus.
0 komentar:
Posting Komentar